- Semula, Robert Tsao mendukung integrasi Tawian ke Cina.
- Kecewa melihat pemberangusan gerakan demokrasi di Hong Kong, Tsao memihak Taiwan.
JERNIH — Robert Tsao, pendiri United Microelectronics Corp (UMC), mendonasikan 32 juta dolar AS, atau Rp 476,5 miliar, untuk membangun sekolah yang melatih sukarelawan Taiwan menghadapi invasi Cina.
Namun, usai mengumumkan pemberian donasi itu Robert Tsao dijauhkan UMC. Raksasa microchip itu mengatakan; “Itu inisiatif pribadi Robert Tsao, dan tidak ada hubungannya dengan perusahaan.”
Berbicara dalam konferensi pers di Taipei, Tsao mengatakan akan menggelontorkan miliaran dolar Taiwan untuk melatih bertempur tiga juta orang dalam tiga tahun ke depan.
“Jika kita berhasil melawan ambisi Cina, kita tidak hanya melindungi tanah air tapi juga memberi kontribusi besar bagi situasi dunia dan perkembangan peradaban,” kata Tsao.
Seluruh uang Tsao akan diberkan ke Akademi Kuma, sebuah organisasi pertahanan sipil yang dibentuk tahun 2021 untuk melatih penduduk Taiwan melakukan perang gerilya dan memberikan pertolongan pertama kepada penduduk.
Tsao dikabarkan mendekati Akademi Kuma setelah meluncurkan penggalangan dana, Agustus lalu. Sekitar 60 persen dana digunakan melatih prajurit, dan 40 persen didedikasikan untuk melatih menembak 300 ribu penduduk.
“Tujuan ini ambisius dan tantangannya menakutkan, tapi Taiwan tidak punya waktu untuk ragu,” kata Akademi Kuma dalam pernyataannya.
Taiwan adalah pulau berpenduduk 25 juta orang, dengan kekuatan 90 ribu tentara. Cina, yang berambisi mencaploknya, punya jutaan tentara dengan perangkat perang supermodern.
Berubah Pikiran
Semula, Tsao adalah pendukung penyatuan Taiwan dengan Cina. Dalam wawancara dengan Radio Free Asia (RFA), Tsao mengatakan; “Tindakan keras Beijing terhadap gerakan pro-demokrasi di Hong Kong mengubah pikiran saya.”
Pekan lalu Tsao mengatakan telah memulihkan kewarga-negaraan Taiwan-nya, dengan melepas kewarga-negaraan Singapura. Ia berencana mati dan dimakamkan di tengah rakyat Taiwan.
Taiwan diperintah nasionalis Cina yang kabur dari daratan tahun 1949 setelah kalah dalam perang saudara. Beijing menganggap Taiwan sebagai bagian Cina, dan bertekad mengintegrasikan dengan cara apa pun.
Ketegangan Cina-Taiwan nyaris mencapai titik didih setelah kunjungan ketua DPR AS Nancy Pelosi. Cina menanggapi dengan menggelar latihan besar-besaran di sekitar Taiwan.