Site icon Jernih.co

Korsel Tiba-tiba Dilanda Ketakutan Mobil Listrik

JERNIH — Korea Selatan (Korsel) tiba-tiba dilanda EV Phobia, alias ketakutan terhadap mobil listrik, setelah ledakan Mercedez EV di garasi parkir bawah tanah di Incheon.

“Saya tidak akan pernah membeli mobil listrik, bahkan tidak akan memarkir mobil saya dekat mobil listrik,” kata Kim Jung-ki, pria usia 50 tahun kepada Korea JoongAng Ilbo.

Kim kini bergabung dengan kelompok calon pembeli yang taku mobil listrik. Sebuah tren yang mengilhami media lokal menjadikan ketakutan akan mobil listrik menjadi berita utama.

“Baterei dan stasiun daya mobil listrik berisiko tinggi terbakar, yang dapat menimbulkan korban jiwa dan kerusakan parah,” kata Kim.

Alasan Kim didukung data Badan Pemadam Kebakaran Korsel seperti dikutip Korea Times. Sejak 2018 hingga Juni 2024 terjadi 187 kebakaran mobil listrik di Seoul.

Jumlah kebakaran mobil listrik di seluruh negeri meningkat setiap tahun dari 24 kasus tahun 2021 menjadi 43 tahun 2022, dan 72 tahun 2023. Peningkatan terjadi karena meningkatnya penggunaan mobil listrik.

Tempat parkir menjadi lokasi paling umum untuk insiden kebakaran mobil listrik, yaitu 27 dari 72 kasus sepanjang 2023. Kebakaran lain terjadi saat kendaraan berjalan dan saat pengisian daya, dengan masing-masing 43 dan 13 kasus.

Peristiwa terburuk kebakaraan kendaraan mobil listrik terjadi di Incheon, yang melibatkan 140 mobil. Sebanyak 40 mobil habis terbakar, dan lainnya rusak parah.

Yang menakutkan adalah sebagian besar penduduk Korsel tinggal di apartemen, dan memarkir kendaraan di bawah gedung. Kebakaran mobil listrik di bawah apartema dipastikan membangunkan seluruh penghuni, dan sibuk melarikan diri.

Keyakinan bahwa mobil listrik lebih rentah terbakar mengkristal dengan kerentanan baterei terhadap pelarian termal, yang dapat meningkatkan suhu sumber daya hingga 1.000 derajat Celcius.

Kebakaran mobil listrik diyakini berpotensi besar menimbulkan korban jiwa dibanding mobil bensin dan solar.

Sebagian besar kendaraan listrik menggunakan baterei lithium-ion, yang mengubah energi kimia menjadi energi listrik. Ketika baterei rusak karena penyalahgunaan atau pengisian daya berlebih, baterei memasuki kondisi tidak terkendali, memanas sendiri yang sering disebut thermal runaway.

“Kebakaran yang disebabkan thermal runaway menyebar cepat dan menyebabkan serangkaian ledakan, sehingga sangat sulit dipahami,” kata Park Moon-woo, peneliti Insititut Ilmu dan Teknik Kebakaran Korea.

Kerugian akibat kebakaran mobil listrik juga tiga kali lebih tinggi. Badan Pemadam Kebakaran Korsel mengatakan rata-rata kerugian finansial kebakaran mobil listrik adalah 23,4 juta won, atau Rp 272 juta, sedangkan kerugian mobil bermesin bensin atau solar hanya 9.52 juta won, atau Rp 111 juta.

Exit mobile version