JAKARTA – Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Semarang 594, kini menjadi Kapal Markas Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad) yang berjaga setiap saat, dengan status KRI Rumah Sakit dan siaga dalam keadaan darurat.
Hal tersebut disampaikan Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan I), Laksdya TNI Yudo Margono sebagai Panglima Komando Tugas Gabungan Terpadu (Pangkogasgabpad) di Pulau Sebaru Kecil, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta, Senin (2/3/2020).
Yudo mengatakan, KRI Semarang menjadi pusat komando selama proses observasi Corona Virus (Covid-19) terhadap 69 WNI yang sebelumnya di evakuasi di Kapal Pesiar Diamond Princess. Selain itu, juga sebagai posko pengendali setiap saat termasuk menyalurkan distribusi logistik maupun akomodasi para WNI dan pendamping observasi di Pulau Sebaru.
Sebelumnya, Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto, mengatakan dari rencana 68 orang yang akan dijemput bertambah satu menjadi 69 orang. Hal tersebut setelah satu WNI yang positif COVID-19 sudah dinyatakan sembuh.
“Yang positif awalnya sembilan, satu sembuh melalui dua pemeriksaan terakhir. Satu lagi dinyatakan sembuh dari dua kali pemeriksaan,” ujarnya.
Ia menambahkan, terdapat dua orang WNI menolak untuk ikut. Hal itu dikarenakan keduanya bekerja sebagai kru inti di kapal tersebut. Sehingga bertanggung jawab pada Diamond Princess. Total seluruh WNI yang menjadi crew di kapal itu sebanyak 78 orang.
Menurutnya, 69 WNI crew kapal Diamond Princess dinyatakan sehat oleh otoritas kesehatan Jepang. Bahkan puluhan orang itu telah menjalani masa karantina 14 hari di Diamond Princess. Seluruhnya dinyatakan negatif COVID-19.
Meski demikian, lanjut Yuriabto, otoritas kesehatan Indonesia bakal kembali melakukan pemeriksaan ulang baik secara klinis dan laboratorium.
“Alhamdulillah dari 69 ini semua tidak ada yang panas, tidak ada yang batuk, tidak ada yang sesak. Artinya mereka memenuhi persyaratan untuk kemudian melanjutkan ke tanah air,” kata dia.
Nantinya, pemerintah akan melakukan pemeriksaan laboratorium pada 69 WNI yang dievakuasi dengan dua metode berbeda. Pertama, menggunakan PCR yang hanya membutuhkan waktu satu hari. Kedua, menggunakan metode genom sequencing yang memakan waktu tiga hari, namun pemeriksaan lebih detil sampai struktur genetik.
“Nanti akan dimasukkan di kapal kita akan melakukan pemeriksaan kembali, dobel cek dan nantinya akan kita bawa menuju ke Sebaru untuk kemudian kita lakukan observasi. Semua masih on schedule,” ujarnya. [Fan]