JERNIH – Shilah Madison Calvert-Yin memiliki rambut halus sejak dia masih bayi. Anak berusia sepuluh tahun dari Melbourne, Australia, mengidap sindrom rambut yang tidak bisa disisir.
Sindrom rambut ini merupakan suatu kondisi di mana batang rambutnya berbentuk hati dan kehilangan protein yang membuat untaiannya tegak. Ketika dia masih muda, Shilah memotong rambutnya sendiri karena frustasi, tetapi sekarang ia memperlakukan rambutnya dengan cara unik. Shilah membagikan pesan positif tentang mencintai diri sendiri di akun Instagram-nya yang memiliki lebih dari 15.000 pengikut.
Seperti dikutip Metro.co.uk, kemarin, gadis kecil ini sering menerima komentar negatif untuk penampilannya tetapi dia telah belajar untuk melihat ke arah lain. “Saya sering diejek dan dipanggil ‘orang bodoh’ di sekolah. Saya pribadi menyukai rambut ini, tetapi pada saat yang sama saya membencinya terutama saat ada angin!,” ungkap Shilah.
Gara-gara angin biasanya rambut Shilah makin mengembang berantakan dan terlihat kusut. Gejala ini muncul sejak anak-anak dengan rambut berwarna terang keperakan. Tak hanya rambut, penyakit ini juga menyebabkan enamel melemah, tulang keropos, dan kuku rapuh.
Ibunya, Celeste, seorang guru, tahu bahwa putrinya berbeda ketika Shilah baru berusia tiga bulan. Dia berkata: “Rambut bayi cokelatnya telah rontok tetapi bulu halus aneh mulai muncul dan tumbuh tegak. “Saya tidak benar-benar memikirkannya sampai orang-orang mulai memberi komentar.”
Celeste mengatakan orang sering mencoba menyentuh rambut Shilah atau berfoto. Beberapa menyindir bahwa sepertinya dia memasukkan jarinya ke stopkontak, sementara beberapa anak di sekolah berprilaku kasar dengan menarik rambutnya.
Pada usia empat tahun, Shilah sempat sebal dengan rambutnya yang tidak semuanya bisa ditarik ke belakang menjadi ekor kuda. Ibunya kini sedang mempertimbangkan untuk membawa putrinya ke salon khusus rambut afro.
Shilah tidak didiagnosis dengan sindrom rambut tidak bisa disisir sampai dia berusia tujuh tahun, bertemu dengan seorang dokter gigi. “Dokter giginya prihatin tentang seberapa lemah giginya. Kemudian ahli anestesi memperhatikan rambutnya dan memberi tahu kami tentang sindrom rambut tidak bisa disisir. Dokter telah mempelajari genetika dan kelainan dan tahu semua tentang kondisi tapi belum pernah bertemu anak seperti ini,” katanya Celeste.
Sebagai orang tua, ia mengaku panik ketika mendengar dokter berbicara tentang mutasi sel, tetapi untungnya, Shilah hanya mengalami patah satu tulang dalam hidupnya dan sekarang kami berhati-hati dengan tulang dan giginya. “Dokter memberi tahu kami bahwa dia belum pernah mendengar tentang siapa pun di Australia yang mengidapnya dan tidak pernah berharap untuk bertemu dengan anak seperti Shilah lagi.” [*]