Bisa jadi, ketakutan Anya yang dilontarkan dalam kicauannya di twitter lantaran terlalu hebat penulis skenario dan sutradara yang mengarahkan tiap adegan, hingga mampu mengobrak-abrik emosi pemirsa bahkan pemainnya sendiri.
JENRIH- Pagi-pagi sekali, handphone uzur milik saya sudah bergetar sambil kemudian berbunyi satu kali, “Ting,” begitu bunyinya yang menandakan ada satu pesan masuk. Saya pun tak segera membukanya, lantaran mata baru saja terbuka setelah istirahat wajib semalam.
Rupanya, pesan itu masuk dari rekan kerja di Jernih.co yang menginginkan agar saya membuat satu artikel terkait serial Layangan Putus.
“Oh, itu yang sedang viral di media sosial dan media massa,” pikir saya saat itu. Sebab di rumah, istri saya pun sering menceritakan soal layangan putus yang diminta dibuatkan artikelnya oleh rekan kerja tadi.
Sambil menumpahkan isi perut sisa semalam ke dalam WC, saya terus berpikir apa sebenarnya maksud dari serial Layangan Putus itu. Pikiran pun, mengawang ke masa kanak-kanak yang tentu penuh dengan kebahagiaan disertai kenakalan.
Waktu kecil, sama seperti kebanyakan anak-anak, saya memang jadi salah satu pelakon permainan layang-layang. “Layangan,” begitu kami menyebutnya dan kudu menebusnya seharga 100 rupiah jika ingin menerbangkannya.
Dalam permainan, sudah pasti layangan itu diadu. Yang putus, dia kalah. Dan yang tetap terbang menjadi jagoan di langit, adalah pemenangnya. Tanpa melibatkan unsur judi memang, tapi rasanya tak mungkin ada yang berani bilang kalau main layangan itu tidak seru. Apalagi kalau tiba musimnya.
Kalau punya uang, sudah pasti layangan dibeli kemudian diterbangkan. Jika duit habis, mau tak mau layangan putus dikejar beramai-ramai kemudian diperebutkan. Tak jarang, malah berujung pada perkelahian sebab malah robek diacak-acak.
Entah siapa yang mengomandoi, teman-teman sebaya waktu itu terbagi menjadi beberapa divisi. Penjual layangan plus benang, pemain yang gemar sekali mengadunya di langit, dan terakhir pemburu layangan putus yang menjadi kolektor sekaligus penjual dadakan.
Dalam berburu layangan putus yang di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, tempat saya lahir dan dibesarkan populer dengan sebutan ‘metang’ pemburu membekali diri dengan galah atau kayu panjang yang diujungnya dilengkapi ranting pohon kering. Fungsinya, melilit benang layangan yang terombang-ambing di udara.
Seorang teman malah ada yang harus dirawat di rumah sakit lantaran terlalu semangat ‘metang’. Dia ketabrak sepeda motor dan berujung kaki kanannya patah.
Penerawangan pikiran saya cuma sampai situ saja. Sebab terlalu banyak kenangan masa kecil yang membuat memori di dalam pikiran terlalu sulit diakses secara detail.
Rupanya, layangan putus yang dimaksud seorang rekan sekantor itu bukan seperti saya alami di waktu kecil. Dia merupakan serial sebuah stasiun televisi yang baru saja lahir dan mampu menyedot perhatian publik.
Benni Setiawan, adalah sosok dibalik suksesnya serial yang mampu menyita perhatian publik. Dan tak dapat dipungkiri, kalau tayangan ini memang mendulang sukses besar. Sebab sekali saja diketikkan kata layangan putus, tak ada satu pun postingan mengisahkan pengalaman yang pernah saya alami. Atau mungkin, semua anak-anak di masa itu pernah mengalami tanpa kecuali.
Benni yang dikabarkan pernah menyabet piala sebagai sutradara terbaik versi Festival Film Indonesia tahun 2010, menggaet Reza Rahardian (Aris), Anya Geraldine (Lidya) dan Putri Kiano (Kinan) sebagai pemeran utama.
Tak perlu lagi diceritakan bagaimana jalan ceritanya, sebab pembaca sudah pasti paham betul apa duduk perkara yang sebenarnya terjadi di serial Layangan Putus. Namun ada satu kisah menarik dari seorang pemeran di sana.
Anya, yang berperan sebagai Lydia, mengatakan kalau seiring bertambah usianya, malah takut masuk ke dalam arena pernikahan. Tentu, hal ini lantaran perannya sebagai selingkuhan Aris.
Dalam cuitan twitternya, dia bilang begini :
“Amit-amit sih kalau punya suami kaya mas aris. Makin tua jadi makin takut nikah,” tulis Anya di Twitter pada akhir pekan kemarin.
Bagaimana tidak dinilai amit-amit. Sikap Aris yang semula manis terhadap Kinan istrinya, mendadak berubah setelah dia menggelar aksi perselingkungan dengan Lidya. Padahal, Kinan tengah mengandung anak kedua dan sudah barang tentu merupakan buah cinta yang mereka perbuat.
Posisi Lidya sendiri, digambarkan sebagai seorang psikolog yang menangani anak pertama Aris dan Kinan. Dengan alasan sibuk bekerja, ternyata Aris menemui dan indehoy bersama Lidya.
“Level paling seram dalam sebuah hubungan adalah orang yang selingkuh udah ketauan malah dilanjutin,” begitu tulis Anya melanjutkan.
Kicauan Anya, muncul setelah episode teranyar Layangan Putus ditayangkan. Sayang, meski sudah ketangkap basah, Aris tetap tidak mengakui perselingkuhan itu dan berkilah sedang mengerjakan proyek besar nan rahasia dan wajib disimpan rapat-rapat kerahasiannya termasuk pada istrinya sendiri. Tak sampai situ saja, telunjuk Aris pun balik menyalahkan Kinan lantaran menuduhnya berselingkuh.
Bisa jadi, ketakutan Anya yang dilontarkan dalam kicauannya di twitter lantaran terlalu hebat penulis skenario dan sutradara yang mengarahkan tiap adegan, hingga mampu mengobrak-abrik emosi pemirsa bahkan pemainnya sendiri.[]