London — Lewis Hamilton, pembalap F1 kulit hitam, mengecam politisi yang mengkritik perobohan dan penenggelaman patung pedagang budak di Bristol dalam aksi Black Lives Matter, Minggu lalu.
“Patung Edward Colston, si pedagang budak, harus tetap berada di dasar sungai seperti 20 ribu budak Afrika yang meninggal dalam perjalanan ke pasar budak dan jenasahnya dibuang ke laut,” kata Hamilton seperti dikutip Daily Mail.
Pengunjuk rasa membongkar patung Edward Colston, yang didirikan tahun 1895, dan membuangnya ke sungai. Colston adalah salah satu pedagang budak paling sukses. Ia kaya raya, dan menjadi filantropi di masa tua.
Ia membangun rumah sakit, gereja, dan fasilitas sosial, dari keuntungan perdagangan budak. Ia mengangkut 84 ribu budak pria, wanita, dan anak-anak, dari Afrika ke Amerika dan Eropa.
Sebanyak 19 ribu sampai 20 ribu budak mati dalam perjalanan, dan jenasahnya dibuang ke laut. Meski tidak menetap di Bristol, warisan Colston sangat banyak di kota ini. Mulai dari bangunan sampai yayasan yang masih beroperasi.
Sir Keir Starmer, pemimpin Partai Buruh, dan Menteri Dalam Negeri Priti Patel mengutuk pembongkran patung Colston, dan menyebutnya sebagai tindakan yang salah serta memalukan.
Starmer mengatakan patung itu harus diangkat dari sungai, dan ditempatkan di museum. Hamilton mengatakan pengunjuk rasa menghapus patung Colston, dan patung itu harus tetap berada di dasar sungai.
Di Twitter-nya, Hamilton menulis; “Jika patung itu tidak diturunkan, orang akan terus menghormati perdagangan budak, dan perbudakan tidak pernah terhapus.”
Colston, masih menurut Hamilton, mengambil paksa orang-orang Afrika dari desa-desa. “Colston memaksa pria dan wanita dewasa keluar dari kampung, mengambil paksa anak-anak dari pangkuan orang tua,” ujar Hamilton.
Menurut Hamilton, Colston tidak boleh dikenang atau dirayakan. Yang harusnya dikenang adalah korban-korban Colston, serta korban-korbannya.
“Apakah Inggris menghormati orang yang menjual budak Afrika?” tanya Hamilton. “Semua patung pria rasis yang menghasilkan kekayaan dari penjualan manusia harus diruntuhkan.”
Hamilton juga menantang pemimpin pemerintah di seluruh dunia untuk melakukan perubahan, dan menghapus secara damai simbol-simbol rasis.
Sejak 1895 patung Colston menimbulkan kontroversi, tapi tidak ada yang berusaha menghancurkan. Kini, polisi Inggris meluncurkan penyelidihan terhadap penghancuran patung itu.
Andu Bennett, juru bicara kepolisian, bersumpah akan menyelidiki tindakan kriminal atas patung itu. Patung itu berdiri di dekat Bristol Harbourside, tempat kapal budak Colston berlabuh berabad-abad lalu.