Site icon Jernih.co

Libya Tangkapi Para Migran dengan Kekerasan

Banyak dari mereka yang ditahan dalam penggrebegan itu, telah bertahun-tahun tinggal secara ilegal di Libya.

JERNIH-Sedikitnya orang meninggal dan 15 lainnya terluka dalam tindakan keras besar-besaran yang dilakukan pemerintah Libya para imigran. Dalam laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) disebutkan, sekitar 4.000 imigran ditahan, termasuk ratusan perempuan dan anak-anak.

Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) memimpin tindak kekerasan yang disebut sebagai penggrebekan tersebut, namun pihak Kemendagri tidak menyebutkan adanya penyelundup atau penyelundup yang ditangkap.

Dari penggrebekan tersebut sebanyak 500 migran ilegal telah ditahan tetapi sehari kemudian dilaporkan jika jumlah migran yang diamankan mencapai 4.000 orang.

Tindak kekerasan tersebut berlangsung di kota barat Gargaresh pada Jumat (1/10/2021), yang menurut pejabat Libya, meupakan dari kampanye keamanan melawan migrasi ilegal dan perdagangan narkoba.

Kemendagri mengunggah foto di media sosial yang mengganbarkan ratusan migran tengah duduk berkerumun dihalaman sebuah tempat yang yang disebut dalam spanduk sebagai Pusat Pengumpulan dan Pengembalian di latar belakang

Sebuah foto udara bahkan menunjukkan orang-orang berbaring telungkup di tanah di persimpangan jalan dikelilingi penjaga dan truk militer.

Vincent Cochetel, Utusan khusus badan pengungsi PBB, UNHCR untuk Mediterania Tengah, menyebut jika pada laporan awal disebut setidaknya satu orang tewas dan 15 terluka dalam tindakan keras tersebut. Ia juga menyebut jika beberapa kasus petugas keamanan menggunakan kekuatan berlebihan dan mengusir orang dari rumah mereka.

“Kita tidak heran jika orang takut dan akan mencoba pergi melalui laut”, kata Cochetel.

Sementara aktivis Libya yang bekerja dengan Organisasi Hak Asasi Manusia Belaady, Tarik Lamloum, menyebut penggerebekan itu banyak melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap para migran, terutama cara penahanan beberapa perempuan dan anak-anak.

Lamloum juga menyebut jika banyak migran yang ditahan telah terdaftar di UNHCR sebagai pengungsi atau pencari suaka.

Banyak dari mereka yang ditahan dalam penggrebegan itu, telah bertahun-tahun tinggal secara ilegal di Libya. Mereka, kata seorang pejabat pemerintah, sebanyak mungkin akan dideportasi ke negara asal.

Gargaresh merupakan tempat paling popular bagi para migran. Letaknya hanya sekitar 12 kilometer barat Tripoli, ibu kota Libya. Di kota ini, berkali-kali dilakukan penggrebegan terhadap para migran namun penggrebegan yang terakhir digambarkan oleh para aktivis sebagai yang paling sengit sejauh ini.

Sejak diktator lama Muammar Qadhafi digulingkan dan dibunuh, Libya berubah menjadi titik transit dominan bagi para migran yang melarikan diri dari perang dan kemiskinan di Afrika dan Timur Tengah. Mereka berharap dapat kehidupan yang lebih baik di Eropa. (tvl)

Exit mobile version