MAKASSAR-Isue tentang rumah sakit berbisnis ditengah wabah covid-19 dan pengambilan jenasah di rumah sakit oleh keluarganya secara paksa mengundang reaksi dan komentar dari berbagai elemen, ormas dan tokoh masyarakat.
Ketua Laskar Merah Putih (LMP) Makasar, Maulana, menyayangkan pengambilan jenasah oleh keluarga di rumah sakit. Terlebih munculnya fitnah yang ditujukan pada petugas medis terkait penanganan jenasah di tengah pandemi.
“Kejadian seperti ini karena miss comunication. Olehnya itu, semua element harus bijak menanggapi dan tidak boleh terjadi,” kata Maulana dalam keterangan persnya kepada media, Senin (8/6/2020).
Maulana memberi apresiasi pada petugas medis yang menjadi pihak paling lelah berjuang di masa pandemi ini. Para dokter dan perawat telah rela berjuang tanpa kenal lelah dan mengabaikan keluarganya.
“Justru yang jahat di masa pandemi ini adalah penyebar hoaks dan hatter netizen yang jago mengompori masalah tanpa memikirkan dampak yang memunculkan sesuatu yang tak sepatutnya terjadi,” kata Maulana.
Untuk itu Alumni Universitas Negeri Makassar (UNM) ini meminta agar tim gugus covid-19 lebih pro aktif dalam memberikan edukasi ke pada warga atau masyarakat agar kejadian keluarga mengambil paksa jenasah dengan status PDP tidak terulang lagi demi mencegah penyebaran Covid-19.
“PJ Walikota harus menggerakkan camat, lurah RW sampai RT untuk meminimalisir hoaks menuduh pihak rumah sakit panen duit di tengah pandemi, padahal faktanya ada beberapa rumah sakit yang malah merugi akibat pandemi ini,” kata Maulana.
Lebih lanjut Maulana berharap semua golongan bersama-sama menyatukan persepsi agar tidak terjadi fitnah menfitnah di tengah pandemi ini.
“Selain kebersamaan dan kesadaran, kita harus sama-sama banyak berdoa agar pandemi Covid-19 segera hilang di muka bumi ini,”.
Beberapa waktu lalu, di media sosial marak postingan tuduhan terhadap tenaga medis yang dianggap memperoleh keuntungan besar dalam penanganan pasien Covid-19. Bahkan, sebuah media harian cetak lokal di Makassar menjadikannya headline di sampul depan.
Rumor itu berawal dari penolakan anggota keluarga pasien dari Kabupaten Bulukumba yang tidak ingin keluarganya yang meninggal dikubur dengan protokol Covid-19. Keluarga ini bahkan mengambil paksa jenasah keluarganya dari sebuah rumah sakit.
Humas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Makassar, dr Wachyudi Muchsin, kecewa dengan tudingan itu yang dianggap sebagai fitnah keji.
Yudi menjelaskan, terhadap kasus meninggal berstatus PDP, pemerintah melalui tim Gugus Covid mengambil pilihan yang dianggap lebih aman untuk pemakamannya, yakni secara prosedur Covid-19, dengan tujuan dapat menekan laju penyebaran penyakit yang sangat cepat.
(tvl)