Site icon Jernih.co

Lukisan Langka Sampul Komik Tintin The Blue Lotus Terjual Rp 54,7 Miliar

JERNIH — Lukisan langka sampul komik Tintin karya Herge, kartunis Belgia, terjual 3,2 juta euro, atau Rp 54,7 miliar, di Balai Lelang Paris Artcurial.

The Blue Lotus, demikian judul lukisan itu, adalah ilustrasi tahun 1936 yang semula untuk sampul buku komik Tintin kelima.

Dalam lukisan terlihat Tintin dan Snowiy, anjingnya, bersembunyi di toples porselen dari kejaran naga. Lukisan menggunakan cat air dan tinta dengan guas.

Herge mengusulkan lukisan sebagai sampul kelima, tapi ditolak karena menggelembungkan biaya percetakan. Reproduksi sampul dengan banyak warna relatif mahal pada saat itu.

Sebelum lelang digelar, The Blue Lotus diperkirakan akan terjual antara 2,7 juta dolar sampai 3,4 juta dolar AS, atau Rp 38,2 miliar sampai Rp 48,1 miliar.

Ternyata, peminat cukup banyak, dan The Blue Lotus terjual dengan harga 3,9 juta dolar AS, atau 3,2 juta euro, termasuk biaya dan tercatat dalam rekor lelang dunia untuk komik asli karya Herge.

Eric Leroy, pakar komik Artcurial, mengatakan berkat karakteristiknya yang unik, karya seni kesembilan ini layak mendapat rekor dunia.

“Ini menegaskan kesehatan pasar komik strip yang sangat baik,” kata Leroy.

The Blue Lotus tidak pernah ada di pasar swasta. Lukisan ini hanya pernah ditampilkan di Museum Herge dan pamerin seni buku komik Tintin tahun 1988, dan tidak pernah dimiliki secara pribadi.

Yang menarik dari lukisan ini adalah Herge terinspirasi oleh Chong, teman asal Tiongkok yang ditemuinya di Brussel tahun 1935.

“Chong bercerita tentang negara asalnya, yang menginspirasi Herge untuk membuat komik Tintin di negeri Cina,” kata Leroy.

Kontroversial

Georges Remi, nama asli Herge, menciptakan karakter Tintin tahun 1920-an. Komiknya diterjemahkan ke dalam puluhan bahasa, diadaptasi untuk radio, televisi, film, teater, dan permainan video.

Namun Tintin juga tak lepas dari kontroversi. Selama Perang Dunia II, Herge menerbitkan komik strip Tintin di sebuah surat kabar Belgia yang bersekutu dengan Nazi Jerman.

Dalam Tintin in Congo, yang diterbitkan dalam bentuk serial pada tahun 1930-1931, reporter bocah itu berkunjung ke koloni Belgia dan menggambarkan penduduk asli AFrika sebagai mahluk inferior yang membutuhkan peradaban.

Exit mobile version