- Sebagai anggota Senat, Manny Pacquiao tidak pernah menghadiri sidang.
- Akibatnya, kritikus meragukan kecerdasan anak miskin ini untuk memimpin bangsa.
JERNIH — Manny Pacquiao, legenda tinju dunia yang mencalonkan diri sebagai presiden Filipina, belum berkomentar soal kekalahannya.
“Manny Pacquiao sedang ‘beristirahat’ setelah kampanye berbulan-bulan dan pengumutan suara,” ujar juru bicaranya.
Peroleh sementara, seperti terlihat di situs Inquirer.net, menunjukan Pacquiao berada di urutan ketiga dengan perolehan suara 3,617,923. Ferdinand ‘Bongbong’ Marcos memimpin dengan 30,975,596 suara, dan Leni Robredo di tempat kedua dengan 14,764,282.
Selisih perolehan suara itu memperlihatkan betapa masyarakat Filipina, yang rata-rata mengangumi Pacquiao, menolak dipimpin mantan petinju. Perolehan suara ini sebenarnya telah diprediksi sejak lama, dan sampai satu hari sebelum pemilihan umum.
Namun, Pacquiao — sesuai karakternya yang tak pernah menyerah — masih yakin orang miskin Filipina akan memilihnya. “Saya yakin ada lebih banyak orang miskin daripada orang kaya di Filipina,” ujarnya usai memberikan suara di Sarangani, tempat kelahirannya.
Pacquiao berasal dari keluarga miskin, tapi kini tinggal di kantong miliarder Filipina di Manila. Pacquiao bukan lagi milik orang miskin, meski kisah hidupnya menginspirasi banyak orang miskin.
Dikagumi, tak Dipilih
Sebagai petinju, Pacquiao dikagumi seluruh rakyat Filipina. Pertarungannya menghentikan aktivitas apa pun di Manila dan kota-kota besar negeri itu. Kemenangannya menumpahkan masyarakat ke jalan-jalan sekujur negeri.
Sebagai politisi dan penganut Kristen yang taat, Pacquiao menimbulkan banyak kontroversi. Ia mendukung Perang Melawan Narkoba yang diproklamirkan Presiden Rodrigo Duterte, dan mendorong penerapan hukuman mati.
Menariknya, kredibilitasnya sebagai pendukung Perang Melawan Narkoba dirusak sendiri oleh pengakuan bahwa di masa lalu dirinya adalah pengguna narkoba.
Komentar homofobia membuat dia kehilangan kesepakatan sponsor jutaan dolar dari raksasa pakaian olahraga Nike.
Enam tahun lalu Pacquiao terjun ke politik dan terpilih sebagai anggota Senat. Kritikus menilainya kurang cerdas, yang membuatnya nyaris tidak pernah menghadiri sidang Kongres dan Senat.
Akibatnya, muncul pertanyaan tentang kemampuan Pacquiao memimpin negara berpenduduk 110 juta. Itu diperlihatkan ketika memicu pertengkaran publik dengan Presiden Duterte, yang menyebabkan keretakan di tubuh partai.
Ia mengumumkan pengunduran diri dari ring tinju September 2021, tak lama setelah mengumumkan pencalonannya sebagai presiden Filipina. Pacquiao tampak sulit menerima kenyataan betapa rakyat yang mengaguminya sebagai petinjuk tidak memilihnya sebagai presiden.