It must have been love
but it’s over now
(Ini pasti cinta, tapi telah berakhir)
Dua bait lirik reffrein di atas masih akan kita dengar, tapi penyanyinya; Marie Frederickson — vokalis Band Roxette — Senin 9 Desember 2019 pagi meninggal di rumah sakit di Halmstad, Swedia, pada usia 61 tahun akibat kanker otak.
Per Gessle, rekan satu band yang menyampaikan kabar ini, hanya bisa berkata lirih kepada pers; “Segalanya tidak akan pernah lagi sama.”
Marier Frederikkson mengundurkan diri dari tur tiga tahun lalu atas saran dokter. Ia berjuang melanjutkan hidup ditemani Mikael Bolyos sang suami, dan dua anaknya; Inez Josefin (26) dan Oscar (23).
Roxette dikenal publik Swedia, negeri asalnya, lewat singel Neverending Love. Diikuti album Pearls of Passion. Keduanya muncul tahun 1986.
Namun popularitas internasional dicapai setelah merilis The Look, lagu dari album Look Sharp.
Roxette menaklukan AS. The Look menempati peringkat pertama di tangga lagu. Album Look Sharp memperoleh platinum.
Di Swedia, Roxette mencapai sukses besar lewat singel Christmas tahun 1987, It Must Have Been Love, dan berikutnya Pretty Woman, yang menjadi soundtrack film dengan judul yang sama.
Di Inggris, It Must Have Been Love menempati peringkat tiga, dan albumnya terjual sebanyak 75 juta copy di seluruh dunia. Bahkan album itu direkam di sepuluh studio.
Pernyataan yang dirilis manajemen Roxette menyebutkan; Marie Frederiksson diratapi suami dan dua anaknya.” Marie meninggal pada usia 61 tahun.
“Dengan kesedihan mendalam kami mengumumkan satu dari seniman besar dan tercinta kami telah pergi,” tulis pernyataan itu. “Marie Frederiksson meninggal akibat kanker otak.”
Keluarga dekat Marie Frederiksson mengatakan; “Marie akan dimakamkan dengan hanya dihadiri keluarga dekat.”
Gessle, yang membentuk band bersama Marie tahun 1986 dan telah bersama sejak 1970-an, menulis; “Waktu berlalu begitu cepat.”
“Seakan baru kemarin kami menghabiskan waktu di ruang kecil apartemen kami di Halmstad, mendengarkan musik yang kami sukai dan berbagi mimpi,” kenang Gessle. “Mimpi yang akhirnya bisa kami bagi bersama.”
“Terima kasih Marie. Terima kasih atas segalanya. Engkau musisi luar biasa, master suara, penampil hebat. Terima kasih telah mewarnai lagu hitam-putih saya dengan warna-warna terindah,” lanjut Gessle.
September 2002, Marie mengeluh tidak enak badan saat jogging bersama suami. Ia kembali ke rumah. Belum lagi masuk kamar, Marie terjatuh, kejang, dan tak sadarkan diri.
Ia dilarikan ke rumah sakit. Dokter menyarankan pemindaian MRI, dan diketahui tengkoraknya retak, tumor terdeteksi. Dokter mengatakan peluang Marie bertahan hidup hanya 25 persen.
Marie menjalani operasi pengangkatan tumor, kemoterapi dan radiasi berbulan-bulan yang melelahkan. Ia juga dihantui masalah kesehatan lain.
Satu mata Marie buta, pendengarannya terbatas, dan tidak mampu berbicara selama berbulan-bulan.
Dalam kondisi seperti itu dia masih menulis lagu. Ia bicara tentang ketakutan dalam lagu berjudul The Change.
‘Suddenly the change was here/ Cold as ice and full of fear / There was nothing I could do / I saw slow motion pictures / Of me and you.
Roxette melakukan reformasi tahun 2009. Gessle konser solo di Belanda. Marie mengejutkan Gessle dengan datang ke konser itu.
Marie naik panggung, dan membuat histeris banyak orang. Gessle, kepada The Guardian, mengatakan; “Marie tidak percaya diri. Kepada saya dia mengatakan tidak bisa lagi bernyanyi.”
Gessle benar. Marie terhuyung-huyung di atas panggung. Orang-orang menangis melihat sang superstar menderita.
Tahun 2016, Marie benar-benar berhenti. Ia menuruti nasehat dokter, dengan berhenti total dari profesinya. Roxette kini kehilangan sang pendiri selamanya.