- Ghana mulai mengatur ganja untuk penggunaan medis dan industri. Pemerintah menawarkan kepada petani sesuatu yang jarang mereka miliki yakni legitimasi.
- Maroko, salah satu produsen ganja terbesar di dunia, melegalkan penanaman untuk keperluan medis dan industri pada tahun 2021.
JERNIH – Pejabat Ghana akan berangkat ke Maroko bulan depan untuk belajar dari salah satu produsen ganja paling berpengalaman di Afrika. Pemerintahan Accra bersiap membawa tanaman terlarang itu ke ekonomi legal.
Selama beberapa generasi, petani ganja di Ghana telah bekerja secara sembunyi-sembunyi. Mereka membudidayakannya secara diam-diam dengan pembukaan hutan dan ladang tersembunyi, hanya menghasilkan cukup uang untuk bertahan hidup sambil menghadapi risiko penangkapan, pelecehan, dan perusakan tanaman mereka.
Sekarang, dengan Ghana yang mulai mengatur ganja untuk penggunaan medis dan industri, pemerintah menawarkan kepada petani sesuatu yang jarang mereka miliki yakni legitimasi.
Pada bulan Juli, Komisi Pengawasan Narkotika (NACOC) bertemu dengan duta besar Maroko di Accra, Imane Quaadil, untuk mempelajari kerangka peraturan Rabat. Pembicaraan yang dipimpin Direktur Jenderal NACOC Maxwell Obuba Mantey difokuskan pada bagaimana Maroko memberi lisensi kepada petani, memantau rantai produksi, mengorganisir koperasi, dan mensertifikasi varietas tanaman.
Quaadil mengonfirmasi bahwa pejabat Ghana akan melakukan perjalanan ke Maroko pada bulan September untuk pelatihan dan observasi. “Maroko bersedia berbagi keahliannya untuk memperkuat sistem pengendalian narkoba, tidak hanya di Ghana, tetapi juga di seluruh benua Afrika,” ujar Quaadil dalam pertemuan tersebut.
Maroko, salah satu produsen ganja terbesar di dunia, melegalkan penanaman untuk keperluan medis dan industri pada tahun 2021. Pemerintah Maroko telah memiliki badan baru benama ANRAC, untuk mengawasi perizinan dan ketertelusuran. Sejak saat itu, Rabat telah menyelesaikan panen legal pertamanya dan secara bertahap memperluas area budidaya yang terkendali.
Bagi para petani kecil di Ghana, perubahan kebijakan ini membawa harapan sekaligus ketidakpastian. Banyak di antara mereka yang telah bergantung pada ganja selama puluhan tahun, membudidayakannya secara ilegal, untuk menghidupi keluarga mereka dengan sedikit alternatif.
Legalisasi dapat membuka akses ke pasar dan perlindungan yang telah lama ditolak, tetapi hanya jika petani dapat menavigasi birokrasi perizinan, regulasi, dan kontrol kualitas.
“Terlepas dari optimisme seputar revolusi hijau ini, para ahli menekankan perlunya memastikan inklusivitas bagi semua pemangku kepentingan, terutama petani kecil,” tulis analis kebijakan Victor Oluwole. “Sangat penting untuk mencegah situasi di mana perusahaan raksasa mendominasi industri, sehingga produsen biasa kesulitan bersaing.”
Biaya perizinan juga menjadi perhatian, dengan banyak petani khawatir akan kehilangan kesempatan untuk membeli. Yang lain mengkhawatirkan ketahanan pangan, karena petani mungkin beralih dari tanaman pokok ke ganja.
Pemerintah telah menjanjikan proses perizinan yang transparan dan menegaskan bahwa badan regulasi seperti NACOC sedang membangun kapasitas untuk mengelola industri secara efektif.
Ganja berakar kuat di seluruh benua. Tanaman ini diyakini telah mencapai Afrika Utara sejak abad ke-12, sementara masyarakat adat di Afrika Selatan telah menggunakannya jauh sebelum penjajahan Eropa.
Selama berabad-abad, tanaman ini menjadi bagian dari perdagangan, ritual, dan kehidupan sehari-hari, menghasilkan varietas terkenal seperti Durban Poison dan Malawi Gold. Larangan yang diberlakukan pada era kolonial di awal abad ke-20 tidak banyak membantu menghentikan penanaman, yang sering kali bertahan di kalangan masyarakat terpinggirkan yang bergantung pada tanaman tersebut.
Ghana bergabung dengan daftar negara Afrika yang semakin banyak melegalkan ganja medis pada Desember 2023, dengan mengubah undang-undangnya agar mengizinkan budidaya ganja rendah THC hanya untuk keperluan medis dan industri. Kementerian Dalam Negeri diberi wewenang perizinan, sementara NACOC ditugaskan untuk penegakan hukum.
Para pejabat berpendapat kebijakan baru tersebut akan memformalkan perdagangan gelap, mengurangi risiko bagi petani, dan menjamin kualitas bagi pasien dan industri. Pemerintah juga berharap hal ini akan menciptakan lapangan kerja dan memacu inovasi industri.
Mark Darko, CEO Kamar Industri Ganja Ghana berharap dapat menghasilkan $1 miliar setiap tahunnya dari sektor ini, dengan satu hektar menghasilkan $10.000 dan permintaan global diproyeksikan mencapai $21 miliar pada 2025.
Bagi para petani Ghana, beberapa bulan mendatang dapat menandai babak baru, di mana ganja beralih dari sekadar penyelamat tersembunyi menjadi tanaman sah dengan taruhan nyata, dan peluang untuk membentuk kembali perekonomian negara.