Site icon Jernih.co

Masyarakat Kulit Hitam AS Bikin Kota Sendiri

Georgia — Sebanyak 19 keluarga kulit hitam AS membeli lahan seluas 97 acre, atau 39,2 hektar, untuk disulap menjadi permukiman kulit hitam yang aman.

“Welcome to Freedom,” ujar agen real estate Ashley Scott saat menyurvei lahan yang dibeli Agustus 2020 lalu.

“Saya berharap kawasan ini menjadi tempat berlindung yang aman bagi orang kulit berwarna, khususnya kulit hitam,”lanjut Scott.

Lahan terletak di sebelah timur Macon, di dedesaan Wilkinson County, negara bagian Georgia. Scott dan investor Renee Walters semula tidak berencana membeli sebidang tanah yang luas, tapi mereka punya visi menciptakan ruang aman bagi keluarga kulit hitam.

“Mampu menciptakan komunitas yang berkembang, aman, dengan tanah pertanian dan bisnis komersial saling mendukugn, serta dolar beredar dalam komunitas, itulah visi kami,” kata Scott.

Segregasi

Kerusuhan yang melanda AS, setelah pembunuhan George Floyd dan Breona Taylor serta kematian Ahmaud Arbery di luar Brunswick, mendorong wanita mencari komunitas baru yang ingin mereka bangun.

“Menyaksikan orang-orang mengelar protes di jalanan, kami perlu menciptakan ruang di mana kita bisa menjadi sebuah komuitas; suku atau desa, lagi,” kata Scott.

“Kami ingin menciptakan ruang aman tempat kami bisa mengatasi masalah dan kekhawatiran kami,” lanjutnya.

Intinya, Scott sedang meluncurkan inisiatif menciptakan kota kulit hitam baru. “Kami memiliki suami kulit hitam, dan melahirkan anak-anak kulit hitam, dan kami selalu cemas saat suami dan anak-anak meninggalkan rumah untuk kerja dan sekolah,” kata Scott.

Scott dan Walters menghubungi keluarga dan teman untuk melihat siapa yang mungkin tertarik bergabung di kota baru. Keduanya ingi mengajak setiap orang mencipakan Freedom Georgia Initiative, dan menjadi pembeli pertama.

Jadi akan ada kota kulit hitam baru, yang disebut Freedom Georgia.

Pertanyaannya bukankah ini segregasi etnis?

Semua orang pasti akan mengatakan ya. Yang membedakan segregasi etnis di era apartheid dengan saat ini adalah ini pemisahan yang ‘dikehendaki’. Artinya, pemisahan yang secara sadar dilakukan kulit hitam, bukan dipaksakan kulit putih, atau pemerintah AS.

Toomsboro

Semula, Walters dan Scott melihat iklan online yang mempublikasikan penjualan kota Toomsboro. Iklan itu viral di media sosial.

Iklan itu menyebut harga kondominium kecil yang sangat murah. Walters mengatakan kepada Scott, jika demikian kita bisa membeli seluruh kota dengan harga 1,7 juta dolar AS.

Toomsboroforsale.com dikelola Tim Bumgardner, pengembang yang memiliki lebih 30 properti di sekitar kota. Dalam iklan itu disebutkan: Anda dapat membeli selurh kota dengan setiap jenis bangunan; termasuk penginapan bersejarah, pabrik sirup, gedung operas, gedung sekolah, depot kereta api, gudang kapas, restoran, tempat pangkas ramput, an beberapa rumah.

Ternyata kota itu tidak dijual. Joyse Denson, walikota Toomsboro, menjelaskan; “Kami ingin orang-orang masuk ke dalam kota, an kami ingin membantu menjaga cita rasa komunitas.”

Setelah Scott dan Waltes tahu Toomsboro tidak dijual, keduanya mengenakan topi real eastate dan mencari tanah di sekitar Georgia.

Bukan Sesuatu yang Baru

Menggabungkan sumber daya untuk menciptakan ekonomi kolektif, atau kooperatif, bukan sesuatu yang baru. Terutama yang menyangkut kulit hitam di AS.

“Kami memiliki sejarah sangat panjang melakukan ekonoi kooperatif, kerja sama ekonomi, dan menciptakan kota komununal,” kata Jessica Gordon Nembhard, penulis Collective Courage: A History of African American Cooperative Economic Thought and Practice dan profesor keadilan komunitas di John Jay College.

“Baru-baru ini kami membangun kepercayaan masyarakat atas tanah, yang sebenarnya memberikan kepemilikan tanah resmi kepada masyarakat,” lanjutnya.

Kota Hobson, Alabama, dalah kota kulit hitam pertama di negara bagian itu. Kota didirikan tahun 1899, setelah orang kulit hitam diusir dari kota-kota sekitarnya. Juni lalu, penduduk Hobson merayakan Juneteenth, dengan satu pesan sederhana; Black Towns Matter untuk merayakan warisan kota.

Sebenarnya, salah satu kota serba hitam paling awal adalah Mouhd Bayou di Delta Mississippi. Kota didirikan mantan budak setelah Perang Saudara.

“Hampir setiap masyarakat yang mengalami perbudakan memiliki orang-orang terdampar,” kata Nordon Nembhard. “Mereka mendirikan komunitas sendiri, bertani bersama, membuat kota, menjalankan kota, bekerja sama dengan sebanyak mungkin orang, dan pada dasarnya memiliki ruang terpencil yang sepenuhnya dikontrol komunitas. Itulah cara menjauh dari perbudakan.”

Scott mengatakan; “Ada banyak bekas kota kulit hitam. Kami berharap menjadi salah satu dari mereka.”

Scott dan Walters mendapat banyak pertanyaan mengapa ingin mendirikan kota kulit hitam. Jawaban keduanya, karena upaya itu telah dilakukan selama beberapa generasi.

“Tidak mungkin memiliki apa pun yang eksklusif Hitam, karena keluarga kami terintegasi,” ujar Scott. “Kami adalah komunitas terintegarasi, toleran, sehingga kami tidak ingin menjadikannya kota kulit hitam eksklusif. Kami hanya ingin membangun kota pro kulit hitam.”

Exit mobile version