Penggemar mie instan ramai berkomentar di media sosial untuk mengungkapkan penghargaan mereka kepada Nuraini dan Indomie sejak berita kematiannya tersebar pada Rabu (27/1/2021).
JERNIH – Meninggalnya pencipta rasa Indomie Nunuk Nuraini baru-baru ini menjadi pembahasan di Arab Saudi. Maklum, Indomie menguasai 95 persen pasar mi instan di negara itu.
Media Arabnews, Minggu (31/1/2021) menulis, Nunuk Nuraini sang pencipta rasa “mie goreng” Indomie ini menjadi legenda dari yang sebelumnya tak dikenal kemudian setelah akhir hayatnya menjadi pusat perhatian.
Penggemar mie instan favorit itu ramai berkomentar di media sosial untuk mengungkapkan penghargaan mereka kepada Nuraini dan Indomie sejak berita kematiannya tersebar pada hari Rabu (27/1/2021). Beberapa orang bahkan menyebutnya ‘makanan yang menyelamatkan’ bagi kalangan mahasiswa ‘karena keserbagunaan dan keterjangkauannya’.
Juru bicara produser Indomie, Indofood Sukses Makmur (Indofood), Nurlita Novi Arlaida, membenarkan kematian Nuraini dalam sebuah pernyataan, menurut laporan media Indonesia. Dia meninggal pada 27 Januari di usia 59 tahun, tetapi tidak ada rincian tentang penyebab kematiannya.
Nuraini adalah manajer pengembangan rasa di anak perusahaan Indofood, yang memproduksi produk barang konsumen grup, Indofood CBP Sukses Makmur, tempat dia bekerja selama hampir 30 tahun. “Hajjah Nunuk Nuraini meninggal dunia dan telah kembali dengan damai kepada Allah,” kata Arlaida.
Nuraini lulus dari jurusan Teknologi Pangan Universitas Padjadjaran di Bandung, Jawa Barat. Meninggalnya Nuraini pertama kali diumumkan di forum online alumni universitas dan menjadi viral setelah pengguna Twitter, Laila Dimyati, mengumumkan berita tersebut di platform media sosial. Sejak itu, postingan tersebut telah mengumpulkan lebih dari 33.000 retweet dan lebih dari 81.000 like.
Berikut sedikit fakta soal Indomie:
- Indomie diluncurkan pada tahun 1970-an dan diproduksi oleh Indofood yang merupakan pionir produksi mi instan di Indonesia dan merupakan salah satu produsen mi instan terbesar di dunia.
- Indomie tersedia di lebih dari 80 negara.
- Arab Saudi pertama kali mengimpornya pada 1990-an.
- Saat ini, Indomie menguasai 95 persen pasar mi instan di Arab Saudi.
Mie goreng, yang diterjemahkan sebagai “mie goreng,” adalah rasa paling populer dari merek mie instan Indomie. Dadad Wisesa, seorang food blogger yang tinggal di Yogyakarta, mengatakan selain nama mereknya yang telah menjadi kata umum untuk mi instan di Indonesia, porsi bumbu yang terukur ke kanan juga yang membuat rasa mie goreng. sangat populer dan pesta untuk selera.
“Rasanya sederhana. Rasanya pas, tidak terlalu pedas, tidak terlalu asin, dan tidak terlalu manis. Menurut saya, minyak nabati yang membuat rasanya berbeda dengan merek mie instan goreng lainnya,” kata Sesa kepada Arab News, Sabtu (30/1/2021).
Di Yogyakarta, operator warung makan yang mengkhususkan diri pada mi instan dan makanan pokok Indonesia lainnya, nasi goreng, telah mengubah rasa mie goreng menjadi hidangan populer yang disebut “mie dokdok,” kata Wisesa, yang akun Javafoodie di Instagramnya memiliki 194 ribu pengikut. .
“Mereka akan menambahkan sedikit kuah bumbu ke dalam mie goreng yang seharusnya kering, sehingga menjadi setengah basah. Rasa Indomie mie goreng yang dimodifikasi ini telah menjadi favorit di kalangan mahasiswa di kota.”
Rasa mie goreng, yang terinspirasi dari masakan mie goreng tradisional Indonesia, diluncurkan pada tahun 1982 dan menjadi mie instan kering pertama yang dikonsumsi tanpa kaldu, menurut situs Indomie.
Di antara rasa kaldu yang paling populer adalah sup ayam, sayuran ayam, dan kari ayam, sedangkan rasa mie goreng telah mengembangkan lebih banyak rasa yang terinspirasi oleh masakan tradisional Indonesia dari berbagai daerah di negara ini.
Mi instan diluncurkan pada tahun 1970-an dan diproduksi oleh Indofood yang merupakan pelopor produksi mie instan di Indonesia dan merupakan salah satu produsen mie instan terbesar di dunia. Ia memiliki kantor regional di seluruh dunia dan Indomie tersedia di lebih dari 80 negara.
Indomie mendominasi 95 persen pasar mi instan di Kerajaan Arab Saudi, menurut Konsulat Jenderal Indonesia di Jeddah. Indomie juga mendapatkan popularitas globalnya dari pelajar Indonesia dan pekerja migran di luar negeri yang menggunakan mi instan untuk santap cepat saji.
Menurut buletin Kementerian Perdagangan, Indomie mendominasi pasar mi instan di Nigeria yang memiliki pabrik terbesar di kawasan Afrika barat. Produk ini juga mendominasi pasar di Senegal dan Afrika Selatan, sementara pabriknya di Mesir telah menciptakan 1.000 pekerjaan bagi penduduk setempat dan menghasilkan hingga 1,2 juta paket Indomie setiap hari untuk konsumsi domestik. [*]