- Joshua Rom, komentator Istana Buckingham, mengatakan Ratu Camilla terlanjut menjadi sosok kontroversial.
- Permata Koh-i-Noor juga berlian paling kontroversial karena simbol menyakitkan kolonial Inggris.
JERNIH — Ada yang menarik saat penobatan Raja Charles III, yaitu Ratu Camilla tidak menggunakan mahkota dengan permata Koh-i-Noor bernilai 400 juta dolar AS, atau Rp 5,8 triliun.
Mengapa?
Joshua Rom, komentator Kerajaan Inggris, mengatakan Koh-i-Noor — bagi banyak orang — adalah representasi masa lalu kolonial. “Itu berlian paling kontroversial, dan perdebatan tentang siapa pemiliknya seolah berlangsung sepanjang abad,” kata Rom kepada New York Post.
Tiga negara; India, Pakistan, dan Afghanistan, mengklaim kepemilikan atas permata itu. Siapa pun yang berkuasa di tiga negara itu akan selalu mengemukakan klaim. Terakhir, Taliban — yang kembali berkuasa setelah AS hengkang — melakukan hal serupa.
Bagi sebagian orang berlian itu terkutuk, membawa nasib buruk dan kematian bagi pemiliknya. Bagi sebagian lainnya berlian itu membawa keberuntungan dan menjadi barang pameran setiap permaisuri sejak 1849.
Menurut Rom, Camilla terlanjur menjadi sosok kontroversial bagi sebagian orang karena Putri Diana. “Jadi, tidak mengherankan jika pihak Istana Buckingham tidak ingin Camilla dikaitkan dengan berlian Koh-i-Noor,” kata Rom.
Riwayat Koh-i-Noor
Diekstrasi dari Tambang Koller di tenggara India, sebelum dipotong Koh-i-Noor memiliki berat 793 karat. Pemilik pertamanya adalah Dinasti Kakatiya di abad kesembilan.
Selama berabad-abad Koh-i-Noor berpindah dari satu ke lain tangan di antara suku-suku yang bertikai di India.
Catatan tertulis pertama berlian itu muncul 1628 ketika terpasang di Tahta Merah milik Shah Jahan dari Dinasti Mughal. Koh-i-Noor terpasang di samping ruby timur, yang kini menjadi bagian koleksi Istana Buckingham.
Aurangazeb, putra Shah Jahan, memberikan Koh-i-Noor kepada bangsawan Venesia Hortenso Borgia untuk dipotong. Akibatnya nilai karatnya turun dari 793 menjadi 186.
Saat berkuasa di Mughal, Raja Persia Nadir Shah berseru; “Koh-i-Noor”. Artinya, gunung cahaya, saat melihat berlian itu. Sejak saat itulah nama Koh-i-Noor mendunia.
Ketika terbunuh tahun 1847, Koh-i-Noor jatuh ke tangan Emir Afghanistan dan — setelah sedemikian banyak kematian akibat perang — berlian itu jatuh ke Ranjit Singh, penguasa Sikh di Punjab.
Saat Ranjit Singh meninggal, British East India Company — perusahaan dagang dan alat kolonialisme Inggris — memperluas kendali atas India dan mengincar Koh-i-Noor.
Tahun 1849, Gubernur Jenderal India menjebloskan Duleep Singh — putra dan ahli waris Ranjit Singh yang berusia 10 tahun — ke penjara bersama ibunya. Untuk menebus kebebasannya, keduanya harus menandatangani dokumen penyerahan Koh-i-Noor ke Inggris.
Koh-i-Noor dipersembahkan kepada Ratu Victoria tahun 1850 dan diberi tempat yang membanggakan di Pameran Besar setahun kemudian.
Namun, berlian itu dianggap membosankan dan dipotong. Akibatnya, nilai karat Koh-i-Noor berkurang lagi menjadi 105,6.
Ratu Victoria mengenakannya sebagai bros tapi merasa tidak nyaman ketika tahu bagaimana berlian itu jatuh ke tangannya. Kepada putrinya, Ratu Victoria menulis; “Tidak ada yang merasa lebih kuat dibanding saya tentang India, betapa saya menentang pengambilan permata dari negara itu. Saya pikir itu tidak ada lagi. Itu sangat salah dan tidak menguntungkan bagi kita. Anda semua tahu betapa saya tidak suka mengenakan Koh-i-Noor.”
Ketika Ratu Victoria meninggal, sebuah tradisi baru dimulai dengan menampilkan berliah di mahkota permaisuri. Koh-i-Noor terakhir kali digunakan di mahkota Ibu Suri yang diletakan di peti jenazah-nya tahun 2002.
Sejak memperoleh kemerdekaan tahun 1947, India menuntut Inggris mengambalikan Koh-i-Noor. Tahun 2015, sebuah kelompok pengacara melakukan tindakan hukum.
Pakistan, Iran, dan Afghanistan juga mengklaim kepemilikan atas berlian itu. Taliban mengatakan mereka memiliki alasan klaim yang lebih baik dari India.
Jelang penobatannya, PM India Narendra Modi mengumumkan bahwa mengenakan Koh-i-Noor akan membawa kenangan menyakitkan masa lalu kolonial.