Ben-Gvir mengenakan pin berlambang jerat tali itu saat rapat komite membahas RUU yang akan memberlakukan hukuman mati bagi warga Palestina yang dikategorikan Israel sebagai teroris.
JERNIH – Menteri Keamanan Nasional Ben-Gvir memicu gelombang kemarahan setelah mengenakan pin berbentuk tali jerat (jerat gantung) selama sidang Knesset, secara terbuka mempromosikan rancangan undang-undang yang memungkinkan eksekusi terhadap tahanan Palestina.
Keputusan Ben-Gvir untuk memakai simbol eksekusi ini alias sebagai jagal warga Palestina itu telah memicu kecaman tajam dan pengaduan resmi. Kantornya berdalih, pin tersebut mewakili “komitmen pada tuntutan hukuman mati bagi teroris” dan mengirimkan “pesan jelas bahwa teroris pantas mati.” Sebuah pernyataan yang berhasil membuat simbolisme kematian menjadi statement politik.
Sarkasme politik ini langsung ditanggapi keras oleh oposisi. Ayman Odeh, pemimpin partai Hadash, mengajukan surat kepada Komite Etik Knesset, menuntut tindakan tegas terhadap Ben-Gvir dan anggota Otzma Yehudit (Kekuatan Yahudi) lainnya yang turut mengenakan pin jerat tersebut.
Odeh mendeskripsikan tali jerat sebagai “salah satu simbol rasisme dan kekerasan yang paling menonjol dan diakui,” menekankan bahwa “makna historisnya tidak dapat dipisahkan dari hukuman mati tanpa pengadilan (lynching) dan pembunuhan yang dilakukan di bawah panji rasisme.”
MK Hadash Ofer Cassif tak kalah pedas. Menyebut Ben-Gvir sebagai “preman rasis”, Cassif memperingatkan, “Ketika simbol-simbol kematian dan pembunuhan dikenakan dan dirayakan, kematian dan pembunuhan itu sendiri sudah di depan mata.”
Ben-Gvir mengenakan pin jerat itu saat rapat komite membahas RUU yang akan memberlakukan hukuman mati bagi warga Palestina yang dikategorikan Israel sebagai teroris.
Dalam sidang tersebut, Ben-Gvir bahkan melangkah lebih jauh, menawarkan berbagai “opsi menu” untuk pelaksanaan eksekusi, termasuk “tiang gantungan, kursi listrik, dan juga opsi eutanasia.” Sebuah tawaran yang ironis, mengingat eutanasia, secara definisi, bertujuan mengurangi penderitaan, bukan sebaliknya.
RUU ini, yang telah lolos pemungutan suara pendahuluan Knesset pada 10 November, akan menerapkan hukuman mati kepada siapa pun yang dituduh menyebabkan kematian warga negara Israel “dengan tujuan untuk merugikan Negara Israel dan kelahiran kembali bangsa Yahudi di tanah air mereka.”
Sementara Yair Golan dari Demokrat Kiri dan Yair Lapid dari Yesh Atid tidak menentang RUU itu sendiri, fokus kecaman mereka tertuju pada simbolisme dan dampaknya. Lapid memperingatkan bahwa citra pin jerat yang dikenakan di dalam parlemen kini beredar secara global dan menyebabkan “kerusakan yang tak terlukiskan” terhadap citra Israel.
Sementara kontroversi pin ini bergulir, sorotan terhadap kinerja Ben-Gvir sebagai Menteri Keamanan Nasional juga kian tajam. Sebuah laporan terbaru menemukan bahwa 110 warga Palestina meninggal di penjara-penjara Israel sejak ia menjabat, periode di mana ia berulang kali sesumbar memperburuk kondisi dan memperketat pembatasan tahanan.
Ironisnya, saat simbol hukuman mati dipamerkan, jumlah tahanan Palestina terus melonjak. Per November, Organisasi Solidaritas Internasional dengan Tahanan Palestina melaporkan lebih dari 9.250 warga Palestina ditahan, termasuk 3.368 di bawah penahanan administratif tanpa dakwaan resmi.
