Site icon Jernih.co

Militer Israel Babat Ribuan Pohon Zaitun Palestina di Tepi Barat

Pemandangan al-Mughayyir, sebuah desa Palestina dekat Ramallah (Foto: Ammar Awad/Reuters)

Kehancuran terjadi di al-Mughayyir, sebuah desa Palestina berpenduduk sekitar 4.000 jiwa di dekat Ramallah di Tepi Barat yang diduduki. Perusakan yang dilakukan Israel di al-Mughayyir dekat Ramallah merupakan bagian dari upaya untuk menggusur paksa warga Palestina.

JERNIH – Militer Israel telah menghancurkan sekitar 3.000 pohon zaitun di sebuah desa dekat Ramallah di Tepi Barat yang diduduki. Sementara warga Palestina menghadapi gelombang kekerasan yang terus berlanjut di wilayah tersebut dalam bayang-bayang perang Israel di Gaza.

Militer Israel mengeluarkan perintah pada hari Sabtu (23/8/2025) untuk mencabut pohon zaitun di area seluas 0,27 km persegi (0,1 mil persegi) di al-Mughayyir, sebuah desa berpenduduk sekitar 4.000 jiwa di timur laut Ramallah.

Militer membenarkan tindakan tersebut dengan mengatakan bahwa pohon-pohon tersebut menimbulkan “ancaman keamanan” terhadap jalan utama pemukiman Israel yang melintasi tanah desa tersebut. Perusakan itu dilakukan saat al-Mughayyir dikurung sejak Kamis setelah seorang pemukim Israel mengatakan dia ditembak di daerah itu.

Wakil kepala dewan desa, Marzouq Abu Naim, mengatakan kepada kantor berita Palestina Wafa bahwa tentara Israel telah menyerbu lebih dari 30 rumah sejak fajar pada Sabtu, menghancurkan properti dan kendaraan penduduk.

Selama puluhan tahun, militer Israel telah mencabut pohon zaitun – simbol budaya Palestina yang penting – di seluruh wilayah Palestina yang diduduki sebagai bagian dari upaya negara itu untuk merebut tanah Palestina dan secara paksa menggusur penduduk.

Tepi Barat juga telah menyaksikan lonjakan kekerasan militer dan pemukim Israel sejak Israel melancarkan perang di Gaza pada Oktober 2023, dan puluhan ribu warga Palestina telah dipaksa meninggalkan rumah mereka.

Lebih dari 2.370 serangan pemukim Israel terhadap warga Palestina telah dilaporkan di seluruh wilayah tersebut dari Januari 2024 hingga akhir Juli tahun ini, menurut angka terbaru dari Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).

Jumlah serangan tertinggi – 585 – tercatat di wilayah Ramallah, diikuti oleh 479 di wilayah Nablus di Tepi Barat utara. Setidaknya 671 warga Palestina, termasuk 129 anak-anak, juga telah dibunuh oleh pasukan Israel dan pemukim Israel di Tepi Barat dalam periode waktu yang sama, kata OCHA.

Hamza Zubeidat, seorang peneliti Palestina, mengatakan penghancuran tersebut merupakan bagian dari upaya “berkelanjutan” Israel untuk memaksa warga Palestina meninggalkan tanah mereka.

“Kita harus tegas bahwa sejak 1967, Israel masih menerapkan rencana yang sama untuk mengusir penduduk Palestina dari pedesaan dan kota-kota Tepi Barat. Apa yang terjadi saat ini hanyalah proses pengusiran warga Palestina yang berkelanjutan. Ini bukan proses baru yang dilakukan Israel,” ujar Zubeidat kepada Al Jazeera.

Ia mencatat bahwa al-Mughayyir memiliki sejarah pertanian yang panjang dan, seperti desa-desa lain di Tepi Barat, hampir seluruhnya bergantung pada pertanian dan peternakan sebagai sumber pendapatan utamanya. “Daerah ini, tempat lebih dari 3.000 pohon zaitun tumbang, merupakan salah satu daerah paling subur di wilayah Ramallah ini,” jelas Zubeidat.

Pencabutan pohon, penyitaan sumber air, pemblokiran dan pencegahan akses warga Palestina ke pertanian dan sumber air mereka berarti semakin banyaknya kerawanan pangan dan air.

Exit mobile version