Catatan: Kang Thohir
Sinau Bareng Tajug Kamanungsan di dusun “Temukerep” (rapat pertemuan)-Larangan-Brebes, bersama para pegiat tajug Acara Tawasulan, dan dilanjut membahas sejarah dusun Temukerep-Larangan dari sisi makam-makam leluhur dusun Temukerep bersama para narasumber-narasumber yang hadir dan sekaligus dzuriyahnya atau warga setempat Temukerep, ada yang keturunan dari Mbah Suro Dipo Nenggala, Mbah Tarnyan, dan Mbah Kyai Kholil ulama dusun Temukerep, dan sebaginya.
Memang sangat menarik menelusuri jejak-jejak sejarah dari hikayat-hikayatnya, dan dari sisi perjuangannya dari zaman penjajahan dan sampai kemerdekaan Indonesia.
Ada banyak ulama-ulama leluhur di situ dan situs-situs prasasti yang tertinggal dan simbolik yang terdapat pada pohon barsiah/kayu atau kahayun (hidup) dan batu nisan, berupa simbol purnomo sidi dan daun sulur, yang menandakan seorang ulama yang punya legalitas menyebarkan informasi atau berdakwah.
Melihat dari Periode Tokoh tersebut Kemungkinan hidup di sezaman dengan Pangeran Diponegoro, yang kemungkinan prajuritnya Pangeran Diponegoro pada tahun 1800-an, atau seorang pengamal thoriqoh/hizbullah. Atau kemungkinan juga trah Mataram Islam dan zamannya penjajahan sampai awal kemerdekaan. Banyak di situ terdapat situs-situs makam-makam leluhur dusun Temukerep-Larangan, mulai dari makamnya Mbah Surodipo Neggolo, Mbah Kyai Kholil, adapula Nyai Siti Masitoh yang konon beliau adalah seorang Syarifah, yang berdakwah atau mengajar ngaji di dusun Temukerep, dan juga Mbah Taryan/Turyan sesepuh dusun Temukerep, dsb.
Sementara makam-makam yang lain belum ditemukan dan masih perlu dianalisa secara spesifik, sehingga dalam hal ini masih terus digali oleh Miftahul Aziz Lesbumi dan pegiat tajug Arif Muttaqin setempat dan dikaji lagi oleh para narasumber-narasumber yang ada di dusun Temukerep, termasuk yang hadir di situ, dengan sesepuh dusun Temukerep juga termasuk juru kunci dan lebe dan ulama keturunannya leluhur dusun Temukerep tersebut.
Menarik sekali, dan perlu digali lagi yang lebih mendalam untuk pemberitahuan atau informasi di masa yang akan datang kepada generasi ke generasi penerus sebagai warisan sejarah leluhur dan kebudayaan yang harus dijaga atau dilestarikan, dan sangat berharga untuk anak-anak cucu nanti, dan hikayat yang akan terkenang sepanjang masa.
Salam budaya dan salam literasi anak bangsa.
Brebes, 08 Juli 2025