Site icon Jernih.co

Omicron Belum Selesai, Ilmuwan Eropa Beri Peringatan Bahaya Varian Latvia

JERNIH — Sejumlah ilmuwan menemukan empat virus mutasi di peternakan cerpelai Latvia, negara di kawasan Baltik, dan berpotensi berbahaya.

Varian Latvia, begitu nama sementara virus mutasi. Nama akan berubah setelah Badan Kesehatan Dunia (WHO) memberi nama resmi sesuai abjad Yunani.

Situs delfi.lv melaporkan mutasi virus Covid-19 yang tidak terkendali telah terdeteksi di sebuah peternakan dengan 100 ribu cerpelai di Latvia.

Virus kali pertama tiba di peternakan Baltic Devon Mink antara 20 Februari dan 3 Maret, dengan laporan pertama cerpelai tertular Covid-19 muncul pertengahan April 2021.

Virus merjalela di antara populasi cerpelai di peternakan selama musim semi dan musim panas, yang mengarah pada situasi yang disebut paradoks, karena ketika strain Delta mendominasi dunia, cerpelai dan karyawan peternakan tertular strain yang menyebar di awal musim semi.

Kesamaan genetik yang tampak dari sampel virus diambil dari hewan dan orang-orang di peternakan, yang membuat ilmuwan menyimpulkan patogen melonpat di antara speises beberapa kali.

Situs delfi.lv menunjukan beberapa mutasi virus di peternakan tidak dijelaskan peneliti. Setidaknya empat dari mutasi itu dijelaskan dalam literatur ilmiah sebagai berpotensi berbahaya.

“Ada kekhawatiran mutasi semacam itu dapat menurunkan efektivitas vaksin,” kata Monta Briviba, peneliti di Pusat Penelitian dan Studi Biomedis Latvia, yang berpartisipasi mengurutkan virus yang menyerang cerpelai.

Bob van Ansem, anggota dewan Baltic Devon Mink, mengatakan perusahaan menerapkan protokol keamanan ketat yang memungkinkannya menetapkan semua sumber infeksi jika karyawan jatuh sakit.

Briviba mengatakan varian virus beredar di perternakan berpotensi sebagai strain Latvia. Pihak berwenang di Latvnia kini berdebat soal pemusnahan cerepelai, tapi keputusan akhir belum dibuat.

Tahun lalu, pihak berwenang Denmark menggelar pemusnahan cerpelai yang dibudi-dayakan di negara itu karena kekhawatiran mutasi Covid-19 di antara hewan-hewan itu.

Keputusan itu mengakibatkan pembantaian 15 juta cerpelai, dan penutupan seluruh industri bulu cerpelai. Denmark kehilangan devisa luar biasa besar dari industri ini.

Keputusan untuk pemusnahan dianggap ilegal karena hukum Denmark tidak mengijinkan pembunuhan hewan sehat. Akibatnya Menteri Pertanian Denmark Mogens Jensen mengundurkan diri.

Exit mobile version