Kelompok bersenjata terdiri dari beberapa pria dan pembom bunuh diri tiba-tiba menyerang kuil Sikh-Hindu di Kabul, Afghanistan, Rabu (25/3/2020) sekitar pukul 07.45 waktu setempat.
Guardian memberitakan serangan itu menewaskan sedikitnya 25 jemaah, termasuk wanita dan anak-anak, dan melukai banyak lainnya dalam serangan dini hari terhadap gurdwara (kuil Sikh) di jantung Kabul.
Serangan itu berlangsung berjam-jam dan menyandera para jamaah. Pasukan khusus Afganistan dan pasukan international berusaha untuk untuk membebaskan pengepungan yang merupakan kompleks perumahan dan tempat ibadah.
Narender Singh Khalsa, anggota parlemen yang mewakili komunitas Sikh, mengatakan kepada Reuters bahwa ada tiga penyerang datang ketika tempat ibadah itu penuh dengan umat. 200 orang terperangkap di dalam kuil ketika serangan dimulai sekitar pukul 7 pagi.
Para penyerang dilaporkan melemparkan granat dan setelah menerobos ke dalam kompleks, serta mulai menembak tanpa pandang bulu.
Harander Singh salah seorang jemaah mengatakan ,para penyerang tiba di tangga dan mulai membunuh para wanita. Keponakannya yang berada di bawah sempat berteriak kepadanya untuk tuurun melihat kebawah.
“Dan ketika saya mencoba turun, mereka menembak keponakan saya di kepala, ”kata Harander Singh, yang kehilangan beberapa kerabat lainnya termasuk istri, ayah dan anak perempuannya.
“Putri yang kusayangi terluka. Dan dia berulang kali memanggilku ‘ayah’ sebelum dia meninggal,” kata Harander Singh, kepada Reuters, sambil menangis.
Kesedihan mendalam akibat serangan itu juga dirasakan oleh Nader Nadery, seorang pegawai negeri sipil dan penasihat presiden.
“Rekan saya Meharwan Singh kehilangan paman dan 20 temannya, termasuk dua anak dan empat wanita, dalam kejahatan teroris yang mengerikan hari ini. Aku berbagi rasa sakit dan kemarahannya.”
Ketika berita tentang serangan itu muncul, seorang juru bicara Taliban yang baru-baru ini menandatangani kesepakatan dengan pemerintah AS, dengan cepat menyangkal keterlibatan Taliban dalam pembunuhan tersebut.
Tak berapa lama Kelompok Islamic Statate (IS atau ISIS) mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Sebelumnya mereka telah menargetkan kelompok Sikh di Afghanistan. Serangan itu dikutuk secara internasional dan sebagian besar masyarakat Afghanistan.
Komunitas Sikh kecil Afghanistan adalah salah satu dari sedikit agama minoritas di negara itu. Walau dilindungi oleh hukum tetapi sering menjadi sasaran penyerangan dan diskriminasi.
Tiga puluh tahun yang lalu komunitas sikh berjumlah 500.000 orang, tetapi setelah beberapa dekade anggotanya menurun drastis diperkirakan tinggal 10.000. Penurunan tersebut disebabkan konflik berkepanjangan Afganistan antara Taliban dan pemerintah Afganistan yang disokong AS.
Taliban memerintahkan orang Sikh untuk mengenakan ban lengan warna kuning sehingga banyak orang-orang sikh yang mencari suaka di India . Pada tahun 2018, konvoi Sikh dan Hindu yang melakukan perjalanan untuk bertemu dengan presiden Ashraf Ghani, dijadikan sasaran seorang pembom bunuh diri.
Pembantaian pada Rabu 25 Maret adalah serangan ISIS kedua pada kelompok agama minoritas. Awal bulan Maret lalu ISIS juga menyerang pertemuan minoritas etnis Syiah Hazara menyebabkan lebih dari 30 orang tewas.
Di Afganistan, kedudukan ISIS kurang kuat dibandingkan Taliban dan telah kehilangan banyak wilayah yang pernah dikuasainya. ISIS belum menjadi bagian dari negosiasi baru-baru ini dengan AS dan terus memperlihatkan eksistensi dengan melakukan teror melalui berbagai serangan mematikan.