Pakcik menyebut jika Jatam tidak memiliki bukti akurat maka statement tersebut merupakan asumsi bahkan fitnah
JERNIH-Pemberian nama ruas jalan di Abu Dhabi denga nama Presiden Joko Widodo memasuki babak baru, setelah muncul pernyataan dari dari Koordinator Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), Merah Johansyah, yang menyebut penamaan salah satu Jalan di Abu Dhabi dianggap ditukar dengan 256 Ha lahan di Kalimantan Timur.
Ketua Umum Rembuk Nasional Aktifis 98 (RNA98), Sayed Junaidi Rizaldi ( Pakcik ), menyebut statement tersebut tidak bisa dipertanggung jawabkan. Laki-laki yang biasa dipanggil Pakcik tersebut mengingatkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) tersebut tidak asal berkomentar. Apalagi jika tidak didukung bukti akurat maka statement tersebut mengarah kepada asumsi, bahkan fitnah.
“LSM sekelas Jatam, harusnya mengeluarkan pernyataan yang bisa dipertanggung jawabkan, tidak asal mengomentari suatu hal yang belum dibuktikan. Pernyataan seperti itu harus dibuktikan secara hukum, apakah benar Jokowi melakukan deal-deal politik seperti itu, menjual tanah air hanya gara-gara hanya gara-gara digunakan namanya sebagai salah satu jalan di Abu Dhabi,” Kata Pakcik pada Jumat (23/10/2020).
“Kalau hanya sekedar asumsi berdasarkan cuma pikiran-pikiran, tanpa didukung fakta dan data, inikan jelas merusak nama baik bangsa ini negara lain aja menghargai presiden kita, tapi kita sendiri sebagai anak bangsa tidak mau menghargai tidak mau menghormati yang diberikan bangsa lain kepada presiden kita,” kata Pakcik lebih lanjut.
Pakcik menyebut, keterpilihan Jokowi sebagai presiden hingga periode kedua karena dipilih oleh rakyat. Bukan rekayasa Pemilu. Ketika ada tudingan yang tidak beralasan seperti itu, menurut Pakcik, tidak hanya melukai hati seorang Jokowi saja, tapi juga rakyat Indonesia.
“Presiden adalah simbol pemerintahan, simbol negara dipilih secara demokratis, bukan rekayasa Pemilu seperti zaman Soeharto. Kalau memang kita dianggap golongan terpelajar dan golongan cerdas katanya, bertabayyunlah, bukan justru kita menyimpulkan sesuatu itu hanya berdasarkan asumsi,”.
Kalau pun ibukota baru ketuanya dewan pengarahnya Pangeran dari Abu Dhabi, kata Pakcik, harusnya tidak membuat asumsi dan mengait-ngaitkan dua persoalan yang berbeda tersebut.
“Sama aja kita berpikir begini, ada seorang pengurus masjid, tiba-tiba dia beli motor baru, sementara masjid sedang dalam pembangunan dan kebetulan dia memang yang ngumpulin dananya. Lalu kita berpikir kalau dia menggunakan uang masjid untuk beli motor baru padahal mungkin baru dapat warisan dari kampung, kan sebaiknya tabayyun. Ayolah fitnah itu sangat keji dan sangat tidak disukai Allah, neraka hawiyah tempatnya,”.
Pakcik berharap, ada klarifikasi dari pihak yang melemparkan pernyataan tersebut terlebih karena dianggap mengarah kepada pembunuhan karakter.
“Nanti ujung-ujungnya dikonfirmasi ke pihak kepolisian minta maaf. Kalau tidak ada bukti nggak usah ngomong, kalau mau ngomong harus pakai data sebagai bukti, jangan asumsi,”. (tvl)