Site icon Jernih.co

Pancasila di ‘Ujung Tanduk’ : Orasi Nyeleneh Seniman Ciamis Kritik RUU HIP

Verri Virgiansyah, koreografer Sanggar Galuh Pakuan (SGP)dalam Orasi Tubuh Di Ujung Tanduk'.(Foto : dok)

CIAMIS JERNIH—Ada yang mahiwal bin ‘nyeleneh’ pada aksi unjuk rasa tolak Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) di Ciamis, Jawa Barat, pada Jumat (3/7/2020) siang.

Ketika sejumlah massa aksi terkonsentrasi di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Ciamis menyimak orasi melalui pengeras suara, seorang seniman tari asal Panumbangan, Ciamis, asik melenggak-lenggokan tubuhnya selama lebih kurang 45 menit.

Verri Virgiansyah, koreografer, penari, dan pendiri Sanggar Galuh Pakuan (SGP) Ciamis ini melakukan pertunjukan yang disebutnya “Orasi Tubuh”.

Memilih judul “Ujung Tanduk”, pria lulusan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (kini Institut Seni Budaya Indonesia/ISBI) Bandung tahun 2014 ini mengkritisi Pancasila yang menurutnya kini tengah berada di ujung tanduk akibat “diusik” RUU HIP.

Selain kritik terhadap RUU tersebut, aksi ini juga dilakukannya sebagai bentuk ekspresi seniman seni pertunjukan yang sepi panggungan akibat pandemi COVID-19. Ia “memanfaatkan” kerumunan massa sekaligus sebagai penonton dan panggung pertunjukan.

“Orasi Tubuh merupakan bentuk tubuh atas penolakan (R)UU tersebut. Lain dari pada itu, sebagai seniman yang terdampak COVID-19 sudah rindu panggung, rindu ditonton. Dengan adanya aksi demo tersebut, maka menjadi sebuah panggung di antara kerumunan,” ungkapnya pada Jernih.

Melalui aksi ini, seniman yang pernah mewakili Kabupaten Ciamis ke tingkat nasional pada ajang Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional-Sekolah Dasar (FLS2N-SD) tahun 2013 untuk mata lomba Tari Kreasi ini menyatakan bahwa aksi penolakan ini merupakan sikap kritis seseorang terhadap RUU HIP. Ia menilai RUU ini telah mempermainkan rakyat.

Senada dengan tuntutan para peserta aksi lain, ia berharap RUU ini dicabut dari Program Legislasi Nasional (Prolegnas) Prioritas tahun 2020.

Dilaporkan detikcom, ada sekitar 42 kelompok yang terdiri dari Organisasi Masyarakat (Ormas), Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP), kelompok mahasiswa, dan santri dari beberapa pondok pesantren di Ciamis yang berkumpul di kawasan Alun-Alun Ciamis sebagai peserta aksi Jumat siang itu.

Nonop Hanapi, pimpinan Pondok Pesantren Miftahul Huda II Bayasari, Jatinagara, Ciamis, menyatakan bahwa aksi ini merupakan bubuka untuk aksi yang lebih besar.

“Pemeritah dan DPR harus jeli, kalau api ini dibiarkan asapnya akan semakin membesar. Maka harusnya peka, RUU HIP ini dihentikan dari Prolegnas,” ungkapnya di sela aksi.

Menurutnya, banyak hal yang bermasalah dalam RUU ini. Salah satunya yang berkaitan dengan sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, yang menurutnya akan diganti dengan Ketuhanan Yang Berkebudayaan. Hal ini dipandangnya bertolak belakang dengan Islam.

Sebelumnya, ratusan massa Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (GMBI) distrik Ciamis melakukan aksi serupa di depan gedung DPRD Ciamis pada Selasa (30/6/2020). Mereka menuntut RUU HIP dihapus karena berpotensi menghidupkan komunisme di Indonesia serta memecah belah anak bangsa.  (*)

Exit mobile version