- Kurang dari setengah orang AS mengatakan berdoa setiap hari.
- Sebanyak 32 persen mengaku jarang, atau pernah, berdoa.
JERNIH — Sebuah jajak pendapat yang dilakukan Pew Research Center menunjukan 29 persen orang dewasa AS mengklaim tidak memiliki afiliasi agama.
Survei yang dilakukan antara 29 Mei sampai 5 Agustus, dan hasilnya diterbitkan awal Desember, menunjukan terjadi peningkatan enam poin persentase dibanding tahun 2016, atau dua kali lipat sejak 2007.
Tahun 2007, hanya 16 persen orang AS mengatakan dirinya tidak beragama, atau agnostik.
Tren menonjol lain yang diidentifikasi adalah kurang dari setengah orang AS, atau hanya 45 persen, mengatakan berdoa setiap hari. Sebanyak 32 persen mengatakan jarang, atau pernah, berdoa.
Jajak pendapat lain, yang dilakukan Institut Penelitian Agama Hartford, menemukan kehadiran langsung di rumah-rumah ibadah menuruh 12 persen selama 18 bulan terakhir.
Selama pandemi, banyak yang mengikuti layanan ibadah online. Ketika ibadah tatap muka kembali diberlakukan, hanya sedikit yang bersedia hadir di tempat ibadah.
SputnikNews menulis orang-orang meninggalkan agama karena berbagai alasan. Salah satunya, keterputusan antara kepekaan politik modern dan pandangan dogmatis.
Lainnya adalah soal hal perempuan, ras, dan LGBTQ. Namun, ada pula yang menjadi agnostik karena ingin melepaskan diri dari lingkungan tradisi dan hierarki sosial.
Akibat Pandemi
Deepak Chopra, spiritualis New Age, mengatakan pandemi menunjukan kepada kita bahwa orang tidak suka diisolasi. “Ketika tidak ada kebutuhan akan cinta kasih, penghargaan, rasa sukur, orang-orang panik,” kata Chopra kepada CNBC.
Menurut Chopra, jumlah orang beragama memang menurun tapi orang AS masih punya rasa lapar pengalaman dan komunitas spiritual.
“Pengalaman spiritual tidak akan pernah hilang,” katanya. “Kebutuhan untuk menemukan makna dan tujuan eksistensi kita tidak akan pernah hilang. Kebutuhan untuk menyelesaikan penderitaan yang tak terhindarkan tidak akan pernah sirna.”
Penelitian juga menunjukan empat dari sepuluh orang dewasa AS menganggap agama sangat penting dalam hidup mereka, dan rumah ibadah semua agama masih kedatangan anggota baru.
Jajak pendapat yang digelar Pew Research Center setahun setelah memasuki pandemi menemukan krisis kesehatan global memperkuat iman banyak orang.
Sebanyak 68 persen orang dewasa S mengatakan keyakinan mereka tidak berubah selama masa pandemi.