Masyarakat Papua Barat lebih memilih vaksin Sinovac yang dianggap efek sampingannya relatif rendah.
JERNIH-Dengan alasan banyak warga Papua Barat yang menolak vaksin AstraZeneca, Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat memulangkan sebanyak 877 vial vaksin Covid-19 jenis AstraZeneca ke Kementerian kesehatan.
Kepala Dinas Kesehatan Papua Barat, Otto Parorongan menyebut alasan pengembalian vaksin AstraZeneca karena masyarakat lebih memilih Sinovac.
“Masyarakat lebih memilih vaksin Sinovac” kata Otto, pada Kamis (16/9/2021).
Adapun alasan mereka menolak vaksin AstraZeneca karena efek samping yang ditimbulkan. Menurut Otto, masyarakat menilai efek samping Sinovac lebih ringan ketimbang AstraZeneca.
Menanggapi adanya masyarakat yang memilih merek vaksin tertentu, Juru Bicara Satgas Covid-19 Papua Barat, dr. Arnold Tiniap M.Epid menyebut masyarakat kurang menerima informasi terkait Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).
Sehingga mereka memilih-milih vaksin hanya berdasarkan informasi yang mereka terima dari orang yang sudah divaksin. Untuk itu pihaknya akan meningkatkan upaya edukasi bagi masyarakat agar masyarakat memahami manfaat dan dampak vaksinasi.
“Solusinya, harus ada edukasi terkait efek manfaat dibanding efek samping, karena efek samping itu wajar dan merupakan bentuk respon tubuh menerima benda asing. Sama halnya ketika bayi mengalami demam sehari pasca imunisasi,” jelasnya.
Sementara vaksin AstraZeneca yang dikembalikan ke pusat atau ke Kemenkaes akan direlokasi ke daerah lain sebelum memasuki masa kedaluwarsa..
“Karena masih banyak kita tarik,dan kirimkan ke pusat sesuai petunjuk agar direlokasi ke daerah lain,” kata Otto.
Vaksin AstraZeneca tersebut dikumpulkan dari lima daerah di Papua Barat, yakni Kabupaten Sorong, Kota Sorong, Manokwari, Mansel dan Kabupaten Sorong Selatan.
Selain adanya masyarakat yang pilih-pilih jenis vaksin, kendala lain yang dihadapi pemda dalam pelaksanaan vaksinasi massal adalah penolakan vaksinasi oleh masyrakat dengan berbagai alasan.
Bupati Kabupaten Kaimana Freddy Thie mengakui jika masih ada warga yang menolak vaksinasi Covid di wilayahnya. Namun penolakan ini umumnya terjadi di wilayah perkampungan.
“Ada penolakan masyarakat di wilayah perkampungan. Tapi untuk wilayah perkotaan, masyarakat sangat sadar dan bersedia divaksin, bahkan tanpa iming iming,” kata Freddy menjelaskan. (tvl)