Site icon Jernih.co

Para Ahli Sarankan Pakai Masker dan Social Distancing Hingga Tahun Depan

JAKARTA-Ganasnya penularan Covid-19 dan masih belum adanya vaksin untuk penyakit itu membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan penggunaan masker baik bagi petugas medis, pasien maupun masyarakat yang sehat dengan tujuan menekan angka penularan Covid-19.

Pakar imunologi dari Universitas Yale, Shan Soe-Lin, justru memberi saran berbeda. Sebagaimana dikutip dari Today pada Rabu (15/4/2020), Soe-Lin menyarankan agar masyarakat wajib dipakai meski wabah Covid-19 berakhir.

“Menurut saya kita semua tetap perlu pakai masker selama Covid-19 masih menjadi ancaman, dan bakal tetap mengancam sampai vaksinnya ditemukan,”.

Baca juga: Ternyata Disuruh Pakai Masker Bisa Pancing Kemarahan, Ini Buktinya

Menurutnya, sepanjang vaksin Covid-19 belum ditemukan maka masyarakat wajib mewaspadai Covid-19.

Soe-Lin memberi rekomendasi agar pemakaian masker diberlakukan hingga tahun depan dengan mempertimbangkan pasca wabah Covid-19, kebijakan work from home dan social distancing akan dihentikan untuk mengejar perekonomian dunia. Maka dari itu memakai masker kemana pun menjadi solusi.

Sementara Ilmuwan Havard justru merekomendasikan social distancing atau jaga jarak satu dengan yang lain diberlakukan hingga 2022, mengingat, lockdown yang telah dilakukan beberapa negara tidak cukup untuk menghentikan penyebaran.

Baca juga: Hari Pertama Penerapan PSBB di Jakarta, 2304 Pelanggar Tak Pakai Masker

Untuk mencegah gelombang wabah Covid-19 yang mungkin muncul lagi, maka jaga jarak wajib dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 yang saat ini menjadi pandemi global.

Hasil kesimpulan itu berdasarkan pada perhitungan simulasi komputer yang laporannya terbit di jurnal Science, Selasa (14/4/2020).

Dalam jurnal itu ditulis bahwa Covid-19 nantinya akan menjadi penyakit musiman seperti flu biasa, namun tingkat penularannya tinggi dengan durasi berbulan-bulan.

Baca juga: Gara-Gara Tak Pakai Masker Dua Penumpang KRL Diturunkan

“Kami menemukan bahwa melakukan social distancing atau menjaga jarak fisik hanya satu kali kemungkinan tidak cukup untuk menghentikan penyebaran virus corona baru SARS-CoV-2,” kata penulis utama studi Stephen Kissler, dilansir AFP, Rabu (15/5/2020)

Menurutnya durasi dan intensitas lockdown baru dapat dilonggarkan ketika vaksin sudah tersedia namun sebelum ada vaksin maka jaga jarak merupakan piluhan.

Namun, selagi belum ada vaksin, menjaga jarak dengan orang lain akan membantu rumah sakit meningkatkan kapasitas perawatan klinis, khususnya ketika lonjakan kasus terjadi saat langkah-langkah pencegahan dilonggarkan.

(tvl)

Exit mobile version