JAKARTA – Partai Hanura kini mulai memanas, setelah pendiri partai, Wiranto meminta Oesman Sapta Odang (OSO) yang terpilih kembali sebagai Ketua Umum (Ketum), melepas jabatannya.
Ada alasan Wiranto meminta OSO untuk mundur, yakni soal pakta integritas yang telah dibuat Desember 2016 silam dan telah ditandatangani mantan Ketua DPD RI itu, disaksikan beberapa orang. Isinya, OSO berjanji hanya menjabat Ketum Partai Hanura sampai 2019.
“Beliau hanya menjabat sebagai ketum janjinya waktu itu hanya sampai 2019, Subgayo (Subagyo HS) ada (jadi saksi),” ujarnya di Jakarta, Rabu (18/12/2019).
Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) periode 2019-2024 itu mengaku, telah mengirimkan surat kepada OSO untuk meminta sikap kenegarawanan agar mundur dari jabatan Ketum, karena tidak dapat memenuhi syarat-syarat dari pakta integritas .
“Kalau sampai itu tidak ditaati, maka saudara OSO sebagai Ketum akan secara tulus dan ikhlas, tanpa paksaan mengundurkan diri sebagai ketum Hanura,” katanya.
Menurut Wiranto, pengunduran diri OSO mutlak harus dilakukan, sebagai bentuk sanksi apabila tidak memenuhi poin-poin tersebut.
Meski demikian, OSO tak memperdulikan pakta integritas yang telah ditandatanganinya beberapa tahun silam. Bahkan menurutnya, terpilih kembali sebagai Ketua Hanura dalam Musyawarah Nasional ke-III, berdasarkan mekanisme partai yang diatur dalam AD/ART.
“Kekuasaan tertinggi itu adalah di munas ini,” katanya.
Karena itu, ia mengaku tak pernah melanggar AD/ART partai. Sementara pakta integritas hanya terkait loyalitas kepada partai saja. “Tapi saya diminta, didaulat kembali untuk memimpin partai ini. Masa saya tinggalin?,” kata dia. [Fan]