Jernih.co

Patung Patung ‘Rasial’ Yang Mulai Dilengserkan Black Lives Matter

Patung Edward Colston dilemparkan oleh para pengunjuk rasa di Bristol. Ahad (7 /72020) | Ben Birchall / PA via AP

Patung Robert Miligan yang dikenal sebagai tokoh perdagangan budak  dibongkar oleh pemerintah kota London dari tempatnya yaitu di di West India Quay, dermaga London.

Pembongkaran patung tersebut merupakan salah satu tekanan dari dampak unjuk rasa anti rasial Black Lives Matter (BLM) yang melanda Inggris pasca kematian George Floyd, oleh lutut polisi Minneapolis,  Amerika Serikat pada 25 Mei lalu.

Dailymail melaporkan keputusan merobohkan patung Miligan itu setelah anggota dewan Tower Hamlets Ehtasham Haque meluncurkan petisi yang didukung 1000 tanda tangan dalam 24 jam.

Petisi tersebut mendorong  Canal and River Trust yang memegang perwalian kanal dan sungai, termasuk berbagai bangunan dan struktur warisan sejarah bekerja sama dengan Museum London dan London Borough of Tower Hamlets untuk menurunkan patung tersebut.

Dalam twitternya Canal and River Trust menuliskan “Kami mengakui keinginan masyarakat setempat tentang patung Robert Milligan di London Docklands dan berkomitmen untuk bekerja dengan London Borough of Tower Hamlets, Museum of London Docklands dan mitra di Canary Wharf untuk mengatur pemindahannya secepatnya”

Walikota London Sadiq Khan yang mendukung perobohan patung tersebut dalam tweetnya menyatakan  “Adalah kebenaran yang menyedihkan bahwa banyak kekayaan kota dan bangsa kita berasal dari perdagangan budak, ini tidak harus dirayakan di ruang publik kita”

Dukungan  kepada Shadiq Khan muncul dari Wali Kota Tower Hamlets, John Bigg, yang menyampaikan kepada  Reuters bahwa kota peradaban seperti London sudah seharusnya menghapuskan simbol-simbol rasisme.

Menurut Bigg,  orang-orang mengira dia (Robert Milligan) hanya seorang pebisnis yang membantu membangun galangan kapal, tetapi saat Anda menggali lebih dalam maka Anda akan mengetahui bahwa dia adalah seorang pedagang budak.

Robert Miligan (1746 – 21 Mei 1809) adalah pengusaha trekenal yang berada dibelakang pembanguan Dermaga India Barat di London. Saat meninggal, Milligan memiliki 526 budak yang bekerja di perkebunan gula yang disebut Kellet’s dan Mammee Gully.

Nasib patung Robert Miligan menyusul patung  Edward Colston di Bristol barat yang terjungkal dari padestalnya setelah ditarik para demonstran, lalu dugulingkan dan akhirnya dibuang kelaut. Padahal patung itu berdiri sejak 1895.

Patung Edward Colston adalah simbol dan tokoh kemajuan kota Bristol. Semasa hidupnya ia adalah seorang pedagang Inggris dan Anggota Parlemen Tory. Dengan kekayaannya ia menyumbangkan uang untuk kegiatan amal.

Namun salah satu sumber kekayaan Colston berasal dari kerjasamanya dengan Royal African Company dari tahun 1680 hingga 1692. Ia dan perusahaan itu mengangkut sekitar 84.000 budak pria, wanita dan anak-anak Afrika untuk dijua ke Karibia dan seluruh Amerika.

Demikian pula di kota Cardiff. Huw Thomas, pemimpin Dewan Cardiff, mendukung penghapusan patung Sir Thomas Picton, seorang pedagang budak dan pemimpin militer. Thomas menggambarkan  berdirinya patung Thomas Picton yang pernah gubernur Trinidad merupakan ‘penghinaan’ terhadap orang kulit hitam.

Hal serupa terjadi pula di kota Edinburgh, Skotlandia.  Pemimpin dewan Edinburgh, Adam McVey mengatakan dia  ‘tidak ada merasa kehilangan’ jika patung untuk Henry Dundas dicopot atau dipindahkan. Monumen Melville yang berrkaitan dengan Dundas, baru-baru ini bagian bawahnya dirusak dalam unjuk rasa Black Lives Matter.

Monumen Melville dibangun ratusan tahun yang lalu sebagai perayaan Henry Dundas. Henry Dundas adalah seorang anggota parlemen Skotlandia yang sangat kaya yang mendukung dan mendapat manfaat dari perbudakan. Dundas serta aktif berkampanye untuk menunda penghapusan perbudakan lebih dari 40 tahun.

Di kota Plymouth,Inggris bagian barat daya, Dewan Plymouth mengatakan sebuah lapangan publik yang dinamai Sir John Hawkins akan diganti namanya karena  Hawkins  adalah pedagang budak.

Pasca runtuhnya patung Edward Colston di Bristol, sekelompok mahasiswa Universitas Liverpool menulis surat terbuka kepada Wakil Rektor Profesor Dame Janet Beer  yang isinya meminta agar gedung Gladstone Hall diganti namanya.

Gladstone Hall didedikasikan untuk William Gladstone, tokoh  yang pernah menjabat perdana mentri selama empat periode,  antara 1868 dan 1894 dan dianggap sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah liberalisme Inggris.

Menurut Liverpool Echo, surat siswa tersebut mengkritik Gladstone karena melindungii kepentingan pemilik perkebunan atas perbudakan. William Gladstone adalah putra Sir John Gladstone dari Fasque,  salah satu pemilik budak terbesar di Hindia Barat, yang memiliki lebih dari 2.500 budak.

Itv melaporkan dua patung Sir Francis Drake yang berdiri di dua kota yaitu dTavistock di barat Devon dan di Plymouth Hoe, Inggris juga terancam di gugat keberadaanya setelah muncul petisi yang menyerukan pihak berwenang untuk menghapus patung Sir Francis Drake karena ia dituduh sebagai pelopor perdagangan budak Inggris.

Namun Arkeolog dan sejarawan lokal, Win Scutt, menilai argumen untuk membongkar patung Drake belum jelas. Ia menyatakan bahwa Patung Drake didirikan untuk penjelajahannya setelah  ia kembali ke Plymouth. Drake tidak terkait dengan perbudakan. Namun membawa rempah-rempah sebagai harta berharga di abad 18.

Beralih ke Belgia, AFP mengabarkan Pemerintah Kota Antwerp di Belgia juga menurunkan patung Raja Leopold II. Pembongkaran patung tersebut terjadi beberapa hari setelah patung itu diwarnai cat semprot oleh pengunjuk rasa antirasial di kota itu.

Keberadaan patung Leopold II telah lama menjadi sasaran para aktivis karena pemerintahan Leopold II meninggalkan  catatan pemerintahan yang brutal di bekas daerah jajahan Belgia di Afrika.

“Patung itu dirusak secara serius minggu lalu dan perlu diperbaiki oleh Museum Patung Middelheim,” kata Juru Bicara Wali Kota Antwerp, Johan Vermant, dikutip AFP, Selasa (9/6/2020).

Dia menuturkan, setelah selesai diperbaiki, patung itu mungkin tidak akan dikembalikan ke ruang publik  seperti sebelumnya, namun akan menjadi bagian dari koleksi museum.

Leopold II adalah Raja Belgia yang berkuasa dari 1865 hingga 1909. Masa pemerintahannya adalah yang terpanjang dalam sejarah Belgia. Setelah kematiannya, pemerintah di negara itu masih menghormati sang raja dengan mendirikan beberapa monumen untuknya.

Para sejarawan mencatat bahwa kekuasaan Belgia atas negeri Afrika—yang sekarang dikenal sebagai Republik Demokratik Kongo—sangatlah brutal. Kekejaman rezim Leopold II bahkan melebihi ukuran imperium-imperium Eropa pada zaman itu.

Jutaan orang Kongo terbunuh atau cacat permanen lantaran dipekerjakan di perkebunan karet maupun ekspedisi militer kala itu. Sementara itu, Leopold terus mengumpulkan kekayaan pribadinya dalam jumlah begitu besar dari nyawa orang-orang yang terbunuh.

Saat ini, lebih dari 64.000 orang telah menandatangani petisi untuk menuntut agar Pemerintah Kota Brussels (ibu kota Belgia) segera membongkar patung Leopold II.

Pengunjuk rasa Black Lives Matter di seluruh Inggris sejauh ini telah menyusun daftar ’60 patung rasis’. Dan Patung berikutnya yang akan mendapat giliran diprotes oleh aktivis BLM adalah patung Cecil Rhodes di Oxford.

Exit mobile version