Site icon Jernih.co

PBB Peringatkan Pusat Penipuan Online di Asia Tenggara akan Pindah ke Timor Leste

Pemerintah Timor Leste menetapkan zona perdagangan bebas digital di sana pada bulan Desember 2024, tetapi penggerebekan penegakan hukum pada bulan Agustus menunjukkan munculnya aktivitas pusat penipuan.

JERNIH – Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) telah memperingatkan bahwa Timor Leste telah menjadi titik panas terbaru untuk operasi pusat penipuan yang mengganggu Asia Tenggara dan sekitarnya.

PBB mengeluarkan peringatan resmi pada hari Kamis (11/9/2025) yang menyebutkan, jaringan kejahatan terorganisasi transnasional telah menyusup ke Daerah Administratif Khusus Oecusse Ambeno Timor Leste melalui skema investasi asing.

Oecusse adalah daerah kantong Timor Leste yang dikelilingi wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), Indonesia dan berbatasan dengan Laut Sawu. Pemerintah Timor Leste menetapkan zona perdagangan bebas digital di sana pada bulan Desember 2024, tetapi penggerebekan penegakan hukum pada bulan Agustus menunjukkan munculnya aktivitas pusat penipuan.

“Analisis menghubungkan operasi-operasi ini dengan entitas-entitas yang terkait dengan penjahat siber terpidana, operator perjudian lepas pantai, dan jaringan yang terkait dengan triad,” ujar UNODC dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis.

Penggerebekan di sebuah hotel di Oecusse menghasilkan kartu SIM dan perangkat satelit Starlink yang cocok dengan pola aktivitas yang ditemukan di pusat-pusat penipuan di seluruh Asia Tenggara, kata UNODC.

Masih menurut UNODC, mereka juga menemukan kaitan dengan kelompok kriminal Triad 14K Tiongkok – yang identik dengan aktivitas penipuan daring di Asia Tenggara – dan kompleks penipuan di Kamboja. Kelompok kriminal biasanya memanfaatkan “zona ekonomi khusus” yang dirancang untuk menarik investasi asing dengan mendirikan bisnis kriminal melalui perusahaan cangkang.

Perusahaan-perusahaan ini meraup miliaran melalui berbagai skema seperti perjudian lepas pantai ilegal, penipuan asmara daring, atau penipuan investasi jangka panjang.

Mereka juga terlibat dalam perdagangan manusia, memikat pekerja dari seluruh dunia dengan janji pekerjaan, tetapi mereka malah menyandera dan memaksa melakukan kegiatan kriminal. Kantor berita Associated Press melaporkan bahwa 30 pekerja dari Indonesia, Malaysia, dan China ditangkap di tempat kejadian di Oecusse.

UNODC mengatakan masih belum diketahui apakah para pekerja tersebut menjadi korban perdagangan manusia atau terlibat dalam kegiatan kriminal, meskipun beberapa individu memiliki kualifikasi tingkat universitas dalam bidang teknologi informasi.

Beberapa individu juga tampaknya telah memanfaatkan skema “kewarganegaraan melalui investasi” dan memegang beberapa paspor, yang menurut UNODC dapat digunakan untuk menghindari penegakan hukum.

Meningkatnya perhatian media dan penegakan hukum di pusat-pusat penipuan telah mendorong kelompok-kelompok kriminal untuk mencari tempat-tempat baru seperti Timor Leste, kata UNODC.

“Kelompok kriminal memanfaatkan perusahaan cangkang, layanan profesional, dan banyak paspor untuk menghindari deteksi, sekaligus menanamkan operasi terlarang dalam kerangka investasi yang sah. “Tren ini menggarisbawahi ketahanan dan kemampuan beradaptasi industri pusat penipuan, serta risiko yang ditimbulkan ketika negara-negara berkembang menjadi target,” tambah UNODC.

Exit mobile version