Site icon Jernih.co

Pemilu Parlemen Malaysia: Lanskap Politik Melayu Kian Babak Belur

JERNIH — Perhitungan suara pemilihan umum (Parlemen) Malaysia, Minggu 20 November, berakhir tanpa menghasilkan pemenang.

Koalisi Pakatan Harapan (PH) pimpinan Anwar Ibrahim meraih 82 dari 222 kursi parlemen. Perikatan Nasional (PN) pimpinan mantan PM Muhyidin Yassin di tempat kedua dengan 73 kursi.

Komisi Pemilihan Malaysia mengatakan pemilu yang memperebutkan satu kursi di negara bagian Sarawak ditangguhkan akibat banjir. Pekerja pemilu dan pemilih tidak dapat menjangkau lokasi pemungutan suara.

Koalisi Barisan Nasional, yang didominasi Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) pimpinan PM Ismail Sabri, mengalami kemunduran hebat dengan hanya meraih 30 kursi.

Hasil ini menandai perubahan besar bagi aliansi yang mendominasi lanskap politik Malaysia selama hampir 60 tahun, atau sejak memperoleh kemerdekaan dari Inggris.

Anwar dan Muhyidin saling klaim memiliki dukungan cukup untuk membentuk pemerintahan, tapi keduanya tidak menyebut partai mana yang akan mereka rangkul menjadi sekutu.

Kunci membentuk pemerintahan adalah negara bagian Sabah dan Sarawak, dua wilayah di luar Semenanjung Malaya yang ingin mempebesar pengaruh di tingkat federal.

Keduanya kini kasak-kusuk menyambangi partai-partai yang diharap bisa dipersekutui dan membantuk pemerintahan,

Melayu Retak

Lanskap politik Malaysia menjadi semakin retak dalam beberapa tahun terakhir. Kemenangan bersejarah PH tahun 2018 memicu pertikaian politik di antara partai-partai Melayu, yang bermain di atas keprihatinan tentang ras dan agama. Mereka seolah mengabaikan etnis lain; Cina, India, dan Orang Asli — sebutan untuk penduduk Melayu non-Muslim di pedalaman.

PH jatuh ke perebutan kekuasaan pada Februari 2020, ketika pandemi Covid-19 muncul. Akibatnya, Malaysia punya tiga perdana menteri dalam kurun waktu kurang lima tahun.

Banyak mantan politisi PH babak belur di kotak suara. Bahkan, ada yang kehilangan uang jaminan. Salah satunya adalah mantan PM Mahathir Mohamad — yang pada usia 97 tahun mendirikan partai berbasis Melayu.

Mahathir membentuk Partai Pejuang Tanah Air (Pejuang), dan berada di urutan keempat dalam pertarungan lima arah di Lankawi.

Ini kekalahan mengejutkan bagi seorang yang pernah memimpin Malaysia selama 22 tahun, hingga 2003, dan pernah sangat dihormati karena mengubah Malaysia menjadi raksasa ekspor.

PN memperoleh keuntungan berkat lonjakan dukungan untuk PAS, partai Islam yang berkembang jauh di utara dan tengah Malaysia atau di luar kubu tradisionalnya.

Anwar Ibrahim bisa saja gembira memperoleh kursi terbanyak, tapi tak bisa menutupi kesedihan ketika Nurul Izzah, putri tertua yang terjun ke politik, kehilangan kursi di kubu keluarga di Penang. Sialnya, yang mengalahkan adalah PAS.

Kepada wartawan Anwar mengatakan akan berkirim surat ke Raja Malaysia Al Sultan Abdullah, dan merinci dukungan yang diperolehnya. Jika dia bisa melakukannya, Anwar akan mencapai cita-citanya menjadi PM Malaysia.

Di masa lalu, Anwr Ibrahim adalah pewaris sesungguhnya kursi PM yang diduduki Mahathir Mohamad. Namun sesuatu terjadi. Anwar Ibrahim dipecat, diadili dengan tuduhan sodomi pada puncak krisis keuangan Asia tahun 1998.

Sesuai Prediksi

Hasil pemilu ini sesuai yang diprediksi jajak pendapat, bahwa tidak akan ada partai peraih suara mayoritas. Yang ada adalah partai peraih suara terbanyak.

Jadi, tidak ada satu partai pun yang memiliki cukup kursi untuk membentuk pemerintahan sendiri. Situasinya adalah partai-partai gurem akan menjadi kingmaker, dan politik dagang kuda — istilah dalam politik Malaysia — akan dimulai secara tertutup.

Aliansi BN Ismail Sabri mengatakan akan menerima keputusan rakyat tetapi tidak mengakui kekalahan, dan berkomitmen membentuk pemerintahan stabil.

Komisi Pemilihan Malaysia mengatakan jumlah pemilih yang menggunakan hak suaranya 73,89 persen. Dibanding pemilu 2018 yang mencapai 82 persen, partisipasti masyarakat kali ini turun.

Namun, jumlah pemilih saat ini jauh lebih besar sebagai akibat pengurangan usia pemilih menjadi 18 tahun.

Exit mobile version