DHYE, Nepal – Kekeringan melanda dataran tinggi Himalaya menyebabkan tanah kering, berbatu dan air menjadi langka. Hal tersebut sangat terasa di Desa Dhye ketika lahan untuk menanam sayuran menjadi tandus dan persediaan makanan semakin menipis
New York Times mengabarkan kondisi tersebut menyebabkan penduduk mulai meninggalkan desa untuk mencari tempat yang memungkinkan untuk hidup. Kini rumah-rumah di Dhye banyak yang kosong. Bahkan sekolah satu-satunya di desa telah tutup beberapa tahun lalu.
Kekeringan tersebut disebabkan perubahan iklim yang terjadi di wilayah Himalaya. Pencairan gletser telah meningkat sepanjang 1.500 mil. Para penggembala Yak harus berjuang keras untuk menemukan tempat merumput bagi hewan mereka.
Ancaman tersebut juga menempatkan jutaan orang Asia selatan, terutama penduduk gunung di Nepal utara yang bergantung pada sumber daya air mencari tempat untuk membangun pemukiman baru di ketinggian yang lebih rendah.
Kenaikan suhu di Himalaya bisa berdampak buruk bagi anak benua itu. Para ilmuwan telah menemukan bahwa nyamuk juga sudah mulai muncul di dataran tinggi. Hal itu dapat menyebarkan wabah malaria dan demam berdarah.
Dalam salah satu kajian lengkap mengenai pemanasan global di pegunungan, para ilmuwan telah memperingatkan bahwa jika perubahan iklim terus terjadi, maka setidaknya sepertiga dari gletser Himalaya akan mencair di akhir abad ini.
Hindu Kush Himalaya Assessment juga melaporkan bila pemanasan global yang terus meningkat akibat emisi gas dan effek rumah kaca maka pada tahun 2100 dua pertiga gletser di Himalaya akan hilang.
“Dalam jangka panjang, dampaknya akan sangat besar bagi ratusan juta orang di dataran tinggi,” kata David Molden, direktur jenderal Pusat Internasional untuk Pengembangan Gunung Terpadu di Kathmandu.
Pada 2016, tentara Nepal mengeringkan danau di dekat Gunung Everest setelah terjadi pencairan gletser yang cepat sehingga mengancam terjadinya bencana banjir di hilir.
Dari studi yang dirilis tahun lalu menemukan fakta bahwa selama tiga tahun terakhir, ukuran kolam di atas gletser di wilayah tersebut telah meningkat pesat.
Hal itu menandakan cepatnya pencairan gletser, jauh melampaui laju perubahan di tahun 2000-an dan menunjukan perubahan iklim pemanasan global semakin meningkat.
“Nepal adalah titik nol untuk dampak perubahan iklim, sebagai salah satu negara di Himalaya maka pertumbuhan ekonomi yang sangat bergantung pada kondisi iklimnya. Nepal mungkin salah satu yang paling merasakan dampaknya.” Kata Molden
Saat ini, akibat pemanasan global, puluhan juta orang telah mengungsi mencari tempat baru. Para peneliti memperkirakan bahwa pada akhir abad ini, satu milyar orang akan eksodus akibat perubahan iklim dan bencana alam, terutama orang-orang Asia Selatan.
Tahun lalu, curah hujan yang terjadi di musim hujan turun sangat rendah, akibatnya Kota Chennai, India mengalami kekurangan air. Di Bangladesh cuaca panas yang ekstrim membuat banyak yang sakit. Bila mitigasi dari perubahan iklim tidak diantisipasi maka 800 juta orang terancam standar hidupnya.
Perwakilan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Nepal Ayshanie Medagangoda-Labé mengatakan di Nepal yang hampir 70 persen orang bekerja di pertanian, terjadinya perubahan cuaca ekstrem dapat merusak pembangunan selama beberapa dekade sehingga berpotensi menggagalkan upaya PBB memberantas kemiskinan. [ ]