- Dua bahan mumifikasi; damar dan resin, berasal dari hutan trofis Asia Tenggara, kemungkinan Indonesia.
- Mumifikasi berlangsung rumit, karena jenazat dikeringkan dengan garam.
JERNIH — Sejumlah peneliti mengungkap cara orang Mesir kuno mengawetkan orang mati atau mumifikasi ribuan tahun dengan menggunakan kimia. Damar, salah satu bahan pengawetan, kemungkinan dari Indonesia.
Penelitian diawali dengan penemuan lusinan gelas dan mangkuk di bengkel mumifikasi. Semua tembikar di bengkel itu diperkirakan berusia sekitar 2.500 tahun. Banyak guci dari situs itu masih bertuliskan instruksi, seperti ‘mencuci’ atau ‘memakai kepalanya.’
Peneliti mencocokan tulisan di bagian luar bejana dengan jejak kimia di dalamnya, untuk mengungkap detil baru tentang resep mengawetkan tubuh selama ribuan tahun.
Studi peneliti dipublikasikan di jurnal Nature, Rabu lalu.
“Benar-benar seperti mesin waktu,” kata Joann Fletcher, arkeolog di Universitas of York, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
“Resep-resep itu menunjukan pembalseman memiliki pengetahuan mendalam tentang zat apa yang akan membantu mengawetkan jenazah,” lanjut Fletcher, yang rekannya salah satu penulis studi itu.
Menurut peneliti, orang Mesir kuno menggunakan bahan-bahan untuk pembalseman dari dunia yang jauh. Itu artinya orang Mesir bersuaha membuat mumi seempurna mungkin.
Bengkel mumifikasi ditemukan tahun 2016 oleh Ramadan Hussein, penulis studi ini yang meninggal tahun lalu. Bengkel terletak di pemakaman Saqqara yang terkenal.
Sebagiand ari bengkel berada di atas permukaan, tetapi sebuah batang membentang ke bawah ke ruang pembalseman dan ruang pemakaman di bawah tanah. Di tempat itulah guci-guci ditemukan.
“Di ruang itulah fase terakhir proses mumifikasi berlangsung,” kata Salima Ikram, seorang pakar Mesir kuno di The American University di Kairo. “Setelah mengeringkan jenazah dengan garam, yang mungkin dilakukan di atas tanah, jenazah dibawa ke bawah untuk proses mumifikasi.”
Menurut Ikram, mumifikasi juga transformasi di mana ritual rahasia, ritual keagamaan, dilakukan. “Orang-orang akan melantunkan mantra dan himne saat jenazah dibungkus dan resin diurapi ke seluruh tubuh,” kata Ikram.
Para ahli memiliki beberapa petunjuk tentang zat yang digunakan dalam mumifikasi. “Namun, masih banyak celah,” kata Philipp Stockhammer, arkeolog dari Universitas Ludwig Maximillian di Jerman.
“Zat-zat lain, bersama zat lain yang ditemukan di dalam guci, memiliki sifat kunci yang akan mengawetkan jenazah,” kata Maxime Rageot, arkeolog di Universitas Tubingen, Jerman.
Minyak nabati, yang digunakan untuk melindungi hati dan merawat eprban, dapat menangkal bakteri dan jamur, serta meningkatkan bau. Bahan keras seperti lilin lebah, yang digunakan pada perut dan kulit, dapat membangu menahan air dan menutup pori-pori.
Beberapa zat yang berasal dari tempat sangat jauh, seperti damar dan elemi — sejenis resin yang berasal dari hutan tropis di Asia Tenggara. Hasil ini menunjukan orang Mesir kuno akan berdagang jauh untuk mendapatkan bahan paling efektif.
“Sangat menarik untuk melihat kerumitannya,” kata Stockhammer. “Punya jaringan global, artinya memiliki semua pengetahuan kimia.”