Penembakan massal jarang terjadi di Australia. Undang-undang senjata yang ketat diberlakukan sejak tahun 1996 setelah pembantaian Port Arthur di Tasmania, ketika seorang pria bersenjata menewaskan 35 orang.
JERNIH – Seorang pria bersenjata melepaskan puluhan peluru di Inner West Sydney, melukai 16 orang dalam penembakan massal yang jarang terjadi. Polisi NSW menangkap seorang pria berusia 60 tahun di lokasi kejadian.
Insiden tersebut terjadi pada Minggu (5/10/2025) malam, yang memicu respons signifikan dari pihak kepolisian. Menurut Kepolisian NSW, pria itu menembakkan secara acak sekitar 50 peluru ke jalan dari rumahnya, menargetkan mobil yang lewat dan bahkan petugas polisi.
Pihak berwenang segera tiba di lokasi kejadian, mengepung area tersebut, dan memasuki properti tempat tersangka berada. Sebuah senapan ditemukan, dan tersangka ditahan setelah mengalami luka ringan di sekitar mata saat penangkapan. Ia kemudian dibawa ke rumah sakit untuk perawatan. Belum ada tuntutan yang diajukan, dan penyelidikan masih berlangsung.
Joe Azar, seorang pekerja kantoran di seberang jalan, awalnya mengira suara itu adalah kembang api. “Kaca depan seseorang meledak, lalu kaca halte bus pecah,” ujarnya kepada The Sydney Morning Herald . “Kejadiannya sangat menegangkan. Semuanya terjadi begitu cepat, jadi saya tidak bisa memahami apa yang terjadi.”
Saksi lain, yang diidentifikasi sebagai Tadgh, mengatakan kepada ABC bahwa ia sedang menonton rugby ketika mendengar suara tembakan keras, melihat ledakan granat, dan asap. “Seperti adegan di film, sebenarnya,” ujarnya.
Penjabat Kepala Kepolisian NSW, Stephen Parry, mengonfirmasi bahwa sekitar 50 tembakan dilepaskan dan 16 orang terluka. Sebagian besar luka ringan akibat pecahan kaca. Satu orang yang menderita luka tembak diperkirakan selamat. “Selama 35 tahun saya bekerja di kepolisian, hanya ada sedikit insiden seperti ini,” kata Parry, yang menggambarkan serangan itu sebagai “acak.”
Komisaris Mal Lanyon menyebut peristiwa itu serius dan mengerikan, tetapi mengatakan tidak ada hubungan yang diketahui dengan aktivitas terorisme atau aktivitas geng apa pun.
Penembakan massal jarang terjadi di Australia. Undang-undang senjata yang ketat diberlakukan sejak tahun 1996 setelah pembantaian Port Arthur di Tasmania, ketika seorang pria bersenjata menewaskan 35 orang.
Namun, insiden-insiden terkini telah menimbulkan kekhawatiran. Pada bulan Agustus, tersangka penembakan Dezi Freeman melarikan diri setelah dilaporkan membunuh dua petugas polisi. Pada 2022, enam orang, termasuk dua petugas, tewas dalam penembakan di Wieambilla, Queensland.