“Elektabilitas Ganjar yang tinggi dalam berbagai survei tidak sebanding dengan kinerjanya menangani kemiskinan di Jawa Tengah. Hal itu tentu menguatkan dugaan tingginya elektabilitas Ganjar bukan dari hasil kinerjanya selama menjadi gubernur dua periode,”ujar Jamiluddin.
JERNIH–Pengamat politik Jamiluddin Ritonga menangkap hal yang janggal terhadap elektabilitas Ganjar Pranowo yang selalu tinggi dalam setiap lembaga survei. “Elektabilitasnya itu terkesan hasil polesan atau pencitraan semata,” kata Jamiluddin kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (6/5) malam.
Menurut mantan dekan Fikom IISIP Jakarta tersebut, kesimpulan terhadap elektabilitas Ganjar hanya polesan dan pencitraan semu itu terkonfirmasi ketika persoalan kemiskinan di Jawa Tengah tak teratasi. Tidak sekadar itu, persoalan kemiskinan justru menjadi penyumbang angka kemiskinan nasional. “Padahal Ganjar sudah dua periode menjadi gubernur Jawa Tengah,”kata Jamiluddin.
“Elektabilitas Ganjar yang tinggi dalam berbagai survei tidak sebanding dengan kinerjanya menangani kemiskinan di Jawa Tengah. Hal itu tentu menguatkan dugaan tingginya elektabilitas Ganjar bukan dari hasil kinerjanya selama menjadi gubernur dua periode,”ujar Jamiluddin.
Di sisi lain, tidak terselesaikannya kemiskinan di Jawa Tengah membantah secara langsung stigma yang dibangun selama ini bahwa Ganjar merupakan sosok merakyat dan dekat dengan rakyat.
Kedekatan yang digambarkan tersebut, kata Jamiluddin, hanya secara fisik, tapi tidak secara sosiologis dan psikologis. “Hal itu terbukti dengan masih tingginya angka kemiskinan di Jawa Tengah. Padahal, Ganjar sebagai kader PDIP diharuskan berpihak kepada wong cilik,” kata Jamiluddin, menyesalkan.
Pernyataan Jamiluddin tersebut sejalan dengan komentar Ketua Majelis Jaringan Aktivis Pro Demokrasi (ProDem) Iwan Sumule. Iwan beberapa hari lalu membeberkan fakta mencengangkan soal kemiskinan di Jawa Tengah.
Iwan, mengacu pada data dari Badan Pusat Statistik, mengatakan bahwa provinsi yang dipimpin Ganjar selama dua periode itu pendapatan per kapitanya terendah di Pulau Jawa.
“Data BPS tanggal 17 Januari 2022, Provinsi Jawa Tengah berpendapatan per kapita per bulan terendah di Pulau Jawa,”ujar Iwan.
Berdasarkan data BPS, mayoritas penduduk miskin berada di Pulau Jawa dengan jumlah 14 juta orang. Jumlah itu setara 52 persen dari total penduduk miskin nasional. Tercatat, Jawa Tengah menjadi peringkat keenam dengan garis kemiskinan Rp423.264 per kapita per bulan. [RMOL]