Kadin Jabar meyakini, ketahanan pangan dan inflasi bahan pangan Jawa Barat akan terjaga dengan tiga langkah antisipastif tersebut.
JERNIH—Seiring prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akan datangnya kekeringan berkepanjangan, kelangkaan air bersih dan gagal panen, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Barat mengusulkan pemerintah untuk melakukan langkah antisipasi. Antisipasi yang dalam usulan Kadin Jabar berupa tiga langkah kunci tersebut, diyakini akan mampu memperkuat ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat.
Menurut Wakil Ketua Kadin Jawa Barat Bidang Kemandirian Pangan, Kurnia Fajar, antisipasi itu pun meliputi upaya stabilisasi inflasi, khususnya inflasi karena merangkak naiknya harga bahan pangan, Untuk itu, kata pengusaha yang akrab dipanggil Kurfa tersebut, Kadin Jabar mengusulkan segera diambilnya tiga langkah antisipasi oleh pemerintah, khususnya Pemprov Jawa Barat.
“Kami menyebut usulan tersebut sebagai tiga langkah kunci antisipasi,”kata Kurfa melalui sambungan telepon. Yang pertama, pada sektor peternakan, Kadin Jabar mengusulkan agar pemerintah menggalakan upaya-upaya upaya pemberian bantuan kepada warga masyarakat untuk bergotong-royong memproduksi telur sebagai sumber protein hewani, terutama bagi keluarga sendiri.
“Untuk itu bisa saja sesuai usulan kami, yakni misalnya pemerintah memberikan bantuan bibit ayam petelur guna diternakkan warga hingga tingkat RT,”kata Kurfa. Berapa banyak bibit ayam yang bisa diberikan sebagai bantuan, menurut mantan direktur utama perusahaan BUMD, Agro Jabar, itu bergantung pada kemampuan, baik kemampuan modal pemerintah maupun kemampuan budi daya warga. “Bagaimana pun mereka kan sebelumnya bukanlah peternak professional,”kata dia.
Namun, kata Kurfa menambahkan, pemerintah tak boleh begitu saja lepas tangan usai memberikan bantuan bibit. Harus ada pendampingan yang konsisten, hingga ayam-ayam itu dewasa dan bertelur. “Hitungan kasar saja, bila satu rumah tangga petani/peternak atau satu rumah tangga miskin bisa mendapatkan 10-20 ekor ayam, maka setelah ayam dewasa dan berproduksi, akan ada tambahan penghasilan buat mereka. Katakanlah tanpa menghitung, Rp 100 ribu sebulan,”kata Kurfa.
Bila penyebaran programnya bagus, Kurfa memprediksi hal itu akan bisa memenuhi kekurangan suplai telur yang beberapa kali dialami Jawa Barat. Apalagi bila dilakukan secara terencana, matang dan serius, bukan tidak mungkin pada saatnya
mencapai sisi optimal, telur-telur hasil produksi program penambahan usaha rakyat itu bisa didistribusikan ke lain tempat. “Tapi paling tidak, warga sudah bisa swasembada protein,”kata dia.
Langkah kedua, meski tidak untuk dilakukan berturutan, langsung berada pada sektor pertanian khususnya tanaman pangan. “Usulan Kadin Jabar, kita secara bersama “mencetak sawah baru” atau program sawah abadi. “Sawah-sawah baru” atau “sawah abadi” itu, kata Kurfa, tentu tidak seperti di Kalimantan, yang didapat dari pembukaan lahan baru. “Ini lebih pada upaya optimalisasi lahan-lahan yang selama ini masih terbengkalai atau tidak dimanfaatkan Pemerintah Provinsi Jawa Barat,”kata Kurfa. Selama menjalankan amanah di Agro Jabar, Kurfa mencatat masih banyak daerah di Jawa Barat yang lahannya masih terbengkalai atau belum dioptimalkan dengan baik.
Menurut Kurfa, Kadin Jabar juga menyadari pada sisi tersebut harus juga dibangun sarana irigasi teknis demi menjamin sawah-sawah itu menjadi lahan produktif. Dari sawah-sawah baru tersebut, kata Kurfa, diharapkan akan ada peningkatan, baik secara produktivitas maupun dari efisiensi usaha taninya. “Kita berharap, pada saatnya kita bisa menyaingi Vietnam, bisa menyaingi Thailand yang hari ini mereka mampu menghasilkan produktivitas dalam satu hektare antara 15 sampai 20 ton gabah,”kata Kurfa.
Usulan Kadin yang ketiga, kata Kurfa, secara khusus ditujukan untuk menghadapi kemungkinan terjadinya inflasi. “Kami melihat di Jawa Barat ini salah satu ciri masyarakatnya adalah suka makanan pedas,”kata dia. Secara ekonomi itu berarti bahwa salah satu komoditas yang sangat berpengaruh terhadap inflasi di Jawa Barat adalah cabai. Baik cabai merah maupun jenis lain.
“Nah, usulan kami, seyogyanya dibangun sentra-sentra baru perkebunan cabai,”kata Kurfa. Sebagaimana program produksi telur, program penanaman cabai itu pun dilakukan di lahan-lahan milik masyarakat. Pemerintah dalam hal ini harus aktif dan konsisten melakukan pendampingan. “Bahkan mungkin sampai pada memberikan bantuan pupuk, terutama pupuk organik yang bisa diproduksi di Indonesia,”kata Kurfa. Dengan demikian, program tersebut tidak akan banyak terpengaruh pada harga pupuk dunia yang hari ini terus-menerus meningkat seiring eskalasi perang Rusia-Ukraina yang masih terjadi.
“Kita tahu, baik Rusia maupun Ukraina adalah para produsen bahan baku pupuk terbesar di dunia. Sementara kapan mereka berhenti berperang, belum juga kelihatan,”kata Kurfa menutup obrolan. [ ]