Site icon Jernih.co

Pfizer-BioNTech Dituding Cari Keuntungan tak Wajar di Saat Pandemi

JERNIH — Asosiasi Medis Jerman menuduh Pfizer-BioNTech berusaha meraup keuntungan tak wajar di saat pandemi, dengan mematok harga vaksin 54,08 euro, atau Rp 921.847, per dosis, kepada Komisi Uni Eropa.

“Itu sama sekali tidak dibenarkan,” kata Wolf Dieter Ludwic, ektua Asosiasi Medis Jerman.

Rincian harga vaksin Pfizer-BioNTech itu diungkapkan dua radio Jerman; NDR dan WDR, serta surat kabar Suddeutsche Zeitung. Ketiga media itu mengatakan harga yang ditawarkan Pfizer-BioNTech dua puluh kali lipat dari harga vaksin AstraZeneca, pesaingnya.

Rincinya, Pfizer-BioNTech menawarkan 500 juta dosis kepada Uni Eropa, dengan total nilai penjualan 27 miliar euro, atau Rp 460,3 triliun.

Menurut ketiga media itu, harga yang harus dikeluarkan Komisi Uni Eropa untuk 500 juta dosis vaksin Pfizer-BioNTech tiga miliar euro lebih tinggi dari PDB tahunan Islandia.

Sebagai perbandingan, Sputnik V — vaksin buatan Rusia — dipasarkan dengan harga 8,25 euro, atau Rp 141 ribu.

Suddeutsche Zeitung memberitakan Pfizer-BioNTech justru tidak mendapat untung kendati menjajakan vaksinnya dengan harga paling tinggi. Bahkan harga 54,08 euro itu sudah termasuk persentase diskon tertinggi yang ditarkan ke negara maju mana pun.

Biaya akhir per dosis masih belum diketahui, meski sebuah dokumen yang dibocorkan oleh Eva de Bleeker — anggota parlemen Belgia — menyebutkan Komisi Eropa menawar vaksin Pfizer sampai harga 12 euro, atau Rp 204 ribu.

Reuters memberitakan Komisi Eropa telah meninjau dokumen yang menunjukan harga 15,50 euro, atau Rp 264 ribu, per dosis. AS setuju membayar 19,50 dolar AS, atau Rp 274 ribu, per dosis untuk pembelian 100 juta dosis vaksin Pfizer-BioNTech.

Meski masih terdapat ketidak-jelasan harga, Komisi Eropa sejauh ini telah mengamankan 600 juta dosis vaksin Pfizer-BioNTech, 460 juta vaksin Moderna, dan 400 juta dosis AstraZeneca.

Komisi Eropa juga masih akan mendapat 1,1 miliar dosis vaksin Johnson & Johnson dan CureVac, meski keduanya masih terus dievaluasi.

Jika bocohan harga yang diungkap ketiga media Jerman itu benar, tidak semua negara sanggup membeli vaksin Pfizer-BioNTech. Beberapa negara Uni Eropa, kendati tidak disetujui, mengarahkan pandangan ke vaksin Rusia dan Cina.

Hongaria menjadi negara pertama yang menggunakan vaksin Sputnik V, kendati tidak disetujui Komisi Eropa. Republik Cek kemungkinan mengikuti jejak Hongaria karena tidak ada kepastian akan mendapat vaksin dari negara Eropa Barat.

Exit mobile version