Selama bertahun-tahun, Bali menjadi lambang surga tropis dunia. Tapi kini, ada pesaing baru dari Vietnam yang mulai mencuri perhatian. Lautnya sebening kaca, resort-nya megah tapi masih sunyi, dan atmosfernya mengingatkan pada Bali dua dekade lalu — penuh ketenangan, tanpa hiruk-pikuk turisme massal. Namanya: Phú Quốc.
JERNIH – Terletak di Teluk Thailand, di ujung barat daya Vietnam, Phú Quốc adalah pulau terbesar negara itu dan bagian dari Provinsi Kiên Giang. Sekitar 70 persen wilayahnya merupakan taman nasional yang dilindungi, berisi hutan tropis lebat, pegunungan, air terjun kecil, serta garis pantai sepanjang 150 kilometer yang seolah tak berujung.

Phú Quốc menawarkan ketenangan yang sulit ditemukan di banyak destinasi populer Asia. Di pantai Bai Sao, pasirnya putih selembut tepung dan air lautnya bergradasi biru-kehijauan. Di Bai Khem, ombak nyaris tak terdengar, hanya desir angin dan bayangan kelapa yang menari.
Setiap senja, langit berubah jadi kanvas oranye dan ungu, menciptakan pemandangan yang membuat siapa pun terdiam sejenak — seolah waktu berhenti di tengah tropis Vietnam.
Meski dikenal karena keasriannya, Phú Quốc juga memanjakan wisatawan dengan hiburan dan atraksi kelas dunia. Di bagian utara pulau berdiri Grand World Phú Quốc, kawasan hiburan raksasa bergaya Venesia lengkap dengan kanal dan gondola yang berkilau di malam hari. Tak jauh dari situ, Vinpearl Safari menjadi kebun binatang terbuka terbesar di Vietnam, rumah bagi lebih dari 150 spesies satwa dari berbagai benua.
Salah satu atraksi paling ikonik adalah Sun World Hon Thom Cable Car — kereta gantung laut terpanjang di dunia yang membentang hampir delapan kilometer, menghubungkan Phú Quốc dengan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Dari atas, laut tampak seperti kaca biru muda, dihiasi perahu nelayan dan karang di bawah permukaannya.
Bagi pencinta sejarah, Phú Quốc Prison Museum menjadi pengingat masa lalu kelam perang Vietnam, kini diubah menjadi monumen yang tenang dan reflektif. Sementara para pencinta kuliner bisa mencicipi Bún kèn, sup mie ikan bersantan dengan cita rasa pedas-gurih khas budaya Khmer yang masih hidup di pulau ini.
Phú Quốc kini memiliki bandara internasional yang modern, dengan penerbangan langsung dari berbagai kota di Asia seperti Bangkok, Kuala Lumpur, dan Singapura. Infrastruktur pariwisatanya berkembang pesat, namun masih menjaga keseimbangan antara kenyamanan dan nuansa alami.
Deretan resort mewah berjajar di sepanjang pantai barat pulau — mulai dari JW Marriott Emerald Bay, Mövenpick Villas, hingga Green Bay Resort & Spa, yang menawarkan vila pribadi di tepi laut dengan panorama matahari terbenam yang menawan.
Namun, sisi lokal Phú Quốc tetap hidup dan hangat. Di kota kecil Dương Đông, pasar malam menjadi jantung aktivitas malam hari. Bau cumi bakar dan udang segar memenuhi udara, musik jalanan berpadu dengan suara tawa wisatawan dan penduduk lokal, menciptakan suasana yang hidup tanpa kehilangan kesederhanaan.
Dari Indonesia, perjalanan menuju Phú Quốc cukup mudah. Dari Jakarta, penerbangan menuju pulau ini berkisar antara Rp 3 – 5 juta untuk tiket pulang-pergi, dengan satu kali transit di Ho Chi Minh City atau Kuala Lumpur.
Begitu tiba, wisatawan bisa memilih berbagai cara menjelajahi pulau. Sewa motor menjadi pilihan favorit, dengan biaya sekitar Rp 100.000-an per hari — ideal untuk menelusuri pantai-pantai tersembunyi dan desa nelayan kecil. Untuk perjalanan keluarga atau tur pribadi, mobil dengan sopir bisa disewa seharian dengan biaya antara Rp 300.000 hingga Rp 700.000, tergantung rute dan durasi. Taksi dan shuttle hotel juga banyak tersedia di area resor dan pusat kota.
Siapkan Budget
Phú Quốc adalah destinasi yang fleksibel: bisa dinikmati secara hemat, nyaman, maupun mewah — tergantung gaya perjalanan Anda.
Bagi pelancong hemat, biaya hidup harian berkisar antara Rp 300 – 400 ribuan. Dengan itu, Anda bisa menginap di guesthouse sederhana, menyewa motor, dan menikmati kuliner lokal di pasar malam.
Sedang untuk wisatawan kelas menengah, pengalaman lebih nyaman bisa didapat dengan kisaran Rp 700.000 hingga Rp 1 juta per hari. Hotel bintang tiga hingga empat, makan di restoran tepi pantai, serta ikut tur snorkeling atau cable car sudah termasuk dalam kisaran ini.
Sementara bagi pencinta kemewahan, Phú Quốc menawarkan resort bintang lima dan vila pribadi dengan tarif mulai Rp 2 – 4 jutaan per malam. Fasilitasnya lengkap — spa, pantai privat, hingga layanan perahu eksklusif untuk menjelajahi pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Untuk liburan empat hari tiga malam, wisatawan mid-range biasanya menghabiskan sekitar Rp 6 – 10 juta per orang, sudah termasuk tiket pesawat, hotel, makanan, transportasi lokal, dan beberapa aktivitas laut. Harga ini menjadikan Phú Quốc alternatif menarik bagi mereka yang menginginkan pengalaman tropis sekelas Bali, tapi dengan biaya yang lebih bersahabat dan suasana lebih tenang.
Mengapa Dunia Mulai Melirik Phú Quốc ?
Nama Phú Quốc kini mulai sering muncul di majalah perjalanan dunia. Dalam Condé Nast Traveler’s Readers’ Choice Awards dan Travel + Leisure 2025, pulau ini dinobatkan sebagai salah satu pulau terindah di Asia — bahkan mengungguli Bali di beberapa daftar.
Alasannya sederhana: Phú Quốc masih terasa alami, belum sesak oleh turisme massal, namun sudah memiliki fasilitas setara destinasi kelas dunia. Harga-harganya kompetitif, dan keramahan masyarakat Vietnam memberikan sentuhan autentik yang menenangkan. Singkatnya, Phú Quốc menawarkan versi tropis yang “baru”: alami tapi modern, mewah tapi tetap manusiawi.
Membandingkan Phú Quốc dengan Bali seperti membandingkan dua sajak yang indah dalam bahasa berbeda.
Bali memikat dengan budaya dan spiritualitasnya, dengan pura, upacara, dan aroma dupa yang menyatu dengan ombak. Phú Quốc, sebaliknya, menawarkan keheningan — laut biru yang memanggil untuk berdiam diri, menikmati kesederhanaan, dan melambat dari ritme dunia.
Jika Bali adalah pesta warna dan tarian, maka Phú Quốc adalah meditasi di bawah pohon kelapa. Keduanya indah, hanya berbeda dalam cara memberi ketenangan.
Namun, surga ini juga menghadapi tantangan. Pertumbuhan pariwisata yang cepat berpotensi membawa masalah klasik: pembangunan berlebihan, sampah, dan tekanan terhadap ekosistem laut.
Pemerintah Vietnam mulai menanggapi hal ini dengan memperketat izin pembangunan dan memperluas kawasan konservasi di Taman Nasional Phú Quốc. Masih ada pekerjaan besar untuk menjaga keseimbangan antara kemajuan dan keberlanjutan.(*)
BACA JUGA: Bach Long Suspension Bridge Vietnam, Jembatan Gantung Lantai Kaca Terpanjang di Dunia