- Pisang Palsu yang dimaksud bukan buah pisang yang benar-benar palsu.
- Pisang palsu adalah nama lain enset, tanaman pisang yang melawan kelaparan di Ethiopia.
JERNIH — Pertumbuhan penduduk dan perubahan iklim yang berjalan beriringan akan memaksa manusia mencari sumber makanan baru. Sejumlah pakar menawarkan solusi, yaitu pisang palsu dan serangga.
Menu baru ini diprediksi akan mulai dinikmati manusia tahun 2050, ketika krisis pangan melanda sekujur Bumi dan kelaparan merajalela di sejumlah negar.
Apakah kita sudah siap makan pisang palsu dan serangga?
Pisang palsu adalan nama lain dari enset, tanaman Ethiopia yang bernama latin Atlas Obscura. The Sun menulis enset tidak ubahnya roti pipih.
Ada pula yang mengatakan rasa pisang palsu seperti kentang. Jika diolah dengan berbagai gaya tertentu, pisang palsu menghasilkan tekstur makanan berbeda.
Jadi, pisang palsu hanya sebuah nama — atau lebih tepatnya istilah — sebuah tanaman pisang di Ethiopia.
“Pisang palsu memiliki beberapa sifat yang sangat tidak biasa dan membuatnya benar-benar unik sebagai tanaman,” kata seorang peneliti yang mempelajari enset kepada BBC.
Seperti pisang pada umumnya, enset bisa ditanam dan dipanen kapan saja. Di Ethiopia, enset dikenal sebagai pohon melawan kelaparan.
Saat ini enset mampu mengatasi kelangkaan pangan bagi 100 juta orang di Ethiopia dan negara-negara sekelilingnya.
Kim Kadarshian dan Daging Alternatif
Jika pisang palsu adalah solusi bagi kelangkaan gandum dan beras, serangga diprediksi akan menjadi alternatif bagi keurangan pasokan daging.
Indistri daging saat ini tidak mungkin dipertahankan sampai beberapa dekade ke depan karena memicu stres pada lingkungan. Di sisi lain, situasi ini menjadi tantangan bari para pakar untuk menyediakan alternatif selain daging.
David Kaplan, profesor Universitas Tufts, menulis dalam studi untuk Institut Nasional Pangan dan Pertanian bahwa seiring peningkatan populasi dunia menjadi 10 miliar pada tahun 2050, total produksi makanan dan daging harus meningkat 70 sampai 100 persen.
Sanga tidak mugkin industri daging mampu memenuhi kebutuhan konsumen global. Mungkin akan ada investasi baru, tapi itu pun tidak cukup.
Beruntung telah ada daging alternatif di pasaran. Survei Dewan Informasi Makanan Internasional menunjukan 22 persen orang AS mengunyah nugget dan burger nabati setiap hari.
Bahkan, Kim Kadarshian adalah pendukung daging alternatif. Dia baru saja ditunjuk sebagai kepala Konsultan Rasa untuk merk Beyond Meat.
Illegal Oat, sebuah merk yang menyerang granola mereka dengan serangga, mengatakan serangga dapat membuat dampak besar dalam diet berkelanjutan.
“Seragga digunakan Illegal Oats, mealworm, mengandung 56 persen protein,” tulis mereka. “Ini berarti, daging bisa diganti dengan serangga.”
Organisasi Pangan Dunia (FAO) memperkirakan dua miliar orang sudah memakan serangga. Secara ekonomi, FAO yakin industri serangga konsumsi dapat bernilai 6,3 miliar dolar AS pada tahun 2030.
Artinya, delapan tahun sejak sekarang orang akan mengkonsumsi serangga.