Site icon Jernih.co

PMI Jakarta Selatan: Penggalangan Dana Melalui Sistem Digital Sudah Keniscayaan

Iwan percaya bahwa tim digital fundraising sangat diperlukan PMI untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggalangan dana.

JERNIH— Kepala Seksi Pengembangan Sumber DayaPalang Merah Indonesia (PMI) Kota Jakarta Selatan, Iwan Prasetya, menyatakan bahwa penggalangan dana melalui cara digital membawa PMI memasuki era baru penggalangan dana yang lebih massif, terarah dan efektif. Karena itu, menurut Iwan, PMI Kota Jakarta Selatan tidak mungkin menolak elan zaman tersebut, kecuali beradaptasi dan mengadopsi cara-cara baru tersebut demi kebaikan ke depan.

Iwan Prasetya mengatakan hal tersebut saat ditemui Jernih.co di Jakarta, Kamis (19/8) sore. Iwan menyatakan, data menunjukkan bahwa penggalangan dana sejatinya telah memasuki era baru manakala penggalangan dana (crowdfunding) secara online mulai diterima masyarakat Indonesia. Ia mencontohkan, betapa kampanye online yang diprakarsai  kitabisa.com dan Masjid Chiba, Jepang, pada 2016 lalu mencatat rekor pertama kampanye crowdfunding online terbesar di Indonesia, dengan mengumpulkan dana sumbangan sebesar lebih dari Rp 3 miliar.

“Kampanye penggalangan dana tersebut tidak hanya menjadi rekor pertama suksesnya penggalangan dana secara online, melainkan membuktikan bahwa penyumbang lebih menyukai cara-cara praktis dalam memberikan sumbangan,” kata Iwan.

Kampanye crowdfunding untuk Masjid di Chiba, Jepang, tersebut berawal dari ide komunitas Muslim Indonesia di Chiba, yang bertahun-tahun menyewa tempat untuk beribadah. Tahun itu mereka mencoba membeli gedung untuk dijadikan masjid.

Menurut Iwan, berdasarkan data ‘Outlook Zakat 2020’, potensi zakat, infaq dan shadaqah—alias donasi–Indonesia mencapai lebih dari Rp 200 triliun, tepatnya Rp 233 triliun. “Selalu naik dengan kenaikan rata-rata 25 persen per tahun,” kata Iwan. “Sementara realisasinya saat ini baru pada angka 3,4 persen. Artinya, peluang untuk mengumpulkan dana-dana tersebut hingga lebih bermanfaat bagi masyarakat yang membutuhkan, masih sangat besar.”

Data tersebut terkonfirmasi, antara lain misalnya berdasarkan  keterpilihan Indonesia sebagai no 1 World’s Most Charitable Country sejak tahun 2018 hingga tahun ini, berdasarkan World Giving Index Charities Aids Foundation, lembaga dunia yang konsen dalam bantuan kepada sesama manusia.

Iwan meyakini, jauhnya tenggang antara potensi dan realisasi donasi masyarakat Indonesia itu terkait erat dengan kemudahan dan cara memberikan donasi. Masih banyak warga masyarakat yang kesulitan untuk langsung mengakses tempat-tempat penggalangan donasi secara tradisional. Belum lagi tempat-tempat tersebut biasanya beraktivitas sebagaimana jam kantor.

“Nah, di era digital ini, semua hambatan tersebut terkikis habis dengan peluang yang dimungkinkan system digital,” kata Iwan. Dengan keyakinan efektifnya digitalisasi, Iwan percaya bahwa timdigital fundraisingsangat diperlukan PMI untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggalangan dana.

“Dengan tim penggalangan dana digital, insya Allah, penggalangan dana PMI pun bisa mencapai target dengan cara yang lebih efektif dan efisien,” kata Iwan. Pasalnya, kata dia, cara-cara baru di era digital memungkinkan orang berdonasi dengan lebih cepat, mudah, merdeka dalam besaran, dan beragam kemudahan lain.

Keyakinan Iwan tidak salah. Dengan dimulainya era digital, data menyatakan bahwa saat ini golongan penyumbang terbesar beragam donasi di Indonesia adalah kalangan milenial. Mereka yang akrab dengan perangkat dan kebiasaan digital tersebut rata-rata berdonasi minimal 1,5 kali per bulan. Sementara generasi X, generasi di atas mereka, berdonasi lebih besar secara nominal, yakni rata-rata Rp 120 ribu per donasi. [ ]

Exit mobile version