- Setelah pandemi Covid-19 tidak ada lagi Peringatan Tragedi Tiananmen setiap 4 Juni.
- Polisi Hong Kong menggunakan pembatasan sosial untuk mencegah penyebaran virus korona sebagai alasan.
- Aktivis pro-demokrasi punya cara lain, membuka museum online.
- Kini, Museum 4 Juni digrebek dan ditutup.
JERNIH — Kepolisian Hong Kong, Kamis 9 September, menggrebek museum yang didedikasikan untuk korban Tragedi Tiananmen 1989.
Penggrebekan terjadi beberapa jam setelah selusin aktivis pro-demokrasi mengaku bersalah, karena secara sadar berpartisipasi dalam pertemuan yang tidak sah selama peringatan 4 Juni tahun lalu. Saat itu unjuk rasa dilarang polisi dengan alasan pembatasan Covid-19.
Museum 4 Juni, begitu nama museum untuk memperingati korban Tragedi Tiananmen, setiap tahun menggelar peringatan yang dihadiri para aktivis.
Kepolisian Hong Kong melarang tradisi perayaan itu dua tahun terakhir dengan alasan protokol kesehatan. Kini, polisi menggerebek museum itu.
Alasan penggrebekan tidak jelas. Polisi tidak segera menjawab permintaan komentar, dan lebih suka sibuk mengangkut seluruh isi museum, serta gambar-gambar orang membawa lilin menyala.
Rabu lalu, polisi menangkap empat anggota Aliansi Hong Kong untuk mendukung Gerakan Demokratik Patriotik di Cina, kelompok yang mengorganisir aksi unjuk rasa tahunan.
Salah satu yang ditangkap adalah Chow Hang Tung, wakil ketua Aliansi.
Polisi mengirim surat ke Aliansi, Agustus lalu untuk meminta semua informasi keanggotaan, keuangan, dan kegiatan 7 September. Dalam surat itu polisi menuduh Aliansi sebagai agen asing.
Kelompok itu mengatakan tidak akan memberi informasi yang diminta. Gagal mendapatkan informasi itu, polisi melakukan penangkapan.
Bukan kali pertama Museum 4 Juni menjadi sasaran penutupan. Pada 2 Juni 2021, Departemen Kebersihan Makanan dan Lingkungan juga menutup museum itu, dengan alasan tidak punya ijin. Aktivis membuka kmbali museum itu.
The Bangkok Post menulis tidak ingin museum ditutup selamanya, aktivis meluncurkan museum online dengan nama 8964Mueum. Namun museum online beroperasi secara independen dari Aliansi.
Alber Ho dan Lee Cheuk-yan, pemimpin Aliansi, kini mendekam di penjara karena berperan menggerakan aksi protes anti-pemerintah tahun 2019.
Hong Kong, bekas jajahan Inggris, kembali ke pangkuan Cina tahun 1997. Saat itu Cina berjanji mempertahankan kebebasan Hong Kong.
Di Hong Kong, Tragedi Tiananmen diperingati setiap tahun. Di daratan Cina, Beijing melarang peringatan, dan menyensor topik tragedi itu. Cina seolah ingin menghapus Tragedi Tiananmen dari ingatan kolektif penduduknya.
Tragedi Tiananmen terjadi saat Cina melindas aksi demo. Beberapa hari setelah peristiwa itu, Cina merilis jumlah korban. Disebutkan, korban tewas 300 orang, kebanyakan tentara.
Saksi mata mengatakan korban tewas menccapai ribuan, sebagian besar adalah mahasiswa. Beijing ingin sepenuhnya mengontrol Hong Kong, dan tidak ingin perayaan Tragedi Tiananmen berlanjut.