Dalam tiga bulan terakhir, polisi telah menangkap 23 tersangka militan dari kelompok JI di beberapa lokasi di Lampung, Riau dan Jambi. Secara total, sudah lebih dari 50 anggota JI telah ditangkap aparat sepanjang tahun ini.
JERNIH– Kepolisian Republik Indonesia Senin (28/12) mengumumkan penemuan belasan lokasi pelatihan militer dan bela diri bagi para anggota muda kelompok teroris terlarang Jemaah Islamiyah (JI) di beberapa lokasi di Jawa Tengah.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono mengatakan, sebanyak 96 pemuda yang terbagi dalam tujuh angkatan dilatih bela diri dengan tangan kosong maupun senjata rakitan dan tajam selama enam bulan di 12 tempat pelatihan milik kelompok yang berada di balik serangan mematikan di Bali, nyaris dua dekade silam.
“Jaringan JI ini memiliki 12 lokasi (pelatihan militer) di Jawa Tengah, salah satunya ada di Ungaran. Kami sudah tengok ke sana dan melihat seperti apa pelatihan tersebut,” kata Argo, dalam telekonferensi dari Mabes Polri di Jakarta, Senin (28/12).
Argo mengatakan, lokasi pelatihan militer umumnya berada di lahan yang dikelilingi vila atau rumah untuk tempat tinggal. Selain dilatih bela diri, para pemuda juga diajarkan teknik merakit bom dan melakukan penyergapan.
Penemuan ke-12 lokasi pelatihan merupakan hasil pengembangan atas penyelidikan terhadap terpidana teroris JI, Joko Priyono alias Karso, yang telah divonis 3 tahun delapan bulan penjara pada 2019.
Karso, kata Argo, adalah pelatih yang ditunjuk pimpinan JI yang saat ini juga telah mendekam di penjara, Para Wijayanto. Karso memiliki koneksi ke sejumlah pondok pesantren milik jaringan JI yang tersebar di Pulau Jawa untuk kemudian merekrut sepuluh siswa terbaik yang diukur dari mentalitas, postur fisik, dan ideologinya.
“Pak Karso selain merekrut peserta juga merekrut delapan pelatih untuk melatih murid,” kata Argo, seraya menambahkan aparat telah menangkap kedelapan orang tersebut namun tidak menyebut detail keterangan waktu penangkapannya.
Berangkat ke Suriah
Proses perekrutan dan pelatihan telah dilakukan sejak 2011 dengan 66 pemuda di antaranya telah berangkat ke Suriah dalam enam kloter berbeda untuk mendapatkan pelatihan militer dengan Jabhat Al-Nusra, kelompok teroris yang terafiliasi dengan Al-Qaeda. Sementara beberapa lainnya berhasil ditangkap polisi.
“Dari 66 orang yang berangkat ke Suriah, ada yang tewas di Suriah dan dimakamkan di sana, ada juga yang kembali ke Indonesia, ada beberapa yang ditangkap dan divonis oleh pengadilan dan ada yang sudah diproses,” ujar Argo.
JI sedikitnya menghabiskan dana Rp300 juta untuk memberangkatkan satu kloter anggotanya yang terdiri dari sepuluh sampai 12 orang ke Suriah, sebut hasil penyelidikan kepolisian. Dana tersebut didapatkan dari iuran serta sumbangan 6.000 anggotanya yang masih aktif.
“Anggotanya ada yang mengirim Rp30 juta, ada yang Rp100 juta. Jika satu orang saja mengirim Rp100 ribu maka yang dihasilkan saja sudah Rp600 juta,” kata Argo. Selain mengirim orang ke Suriah, JI juga menghabiskan sekitar Rp65 juta per tahun untuk biaya operasional seperti membayar pelatih dan logistik di tempat pelatihan.
Dua pekan sebelumnya, kepolisian juga mengungkapkan temuan lebih dari 20.000 kotak amal di warung makan dan toko swalayan di tujuh provinsi yang digunakan JI sebagai salah satu sumber pendanaan kelompok mereka.
Kepala Bidang Penerangan Umum Polri Kombes Ahmad Ramadhan mengatakan kotak amal yang sebagian besarnya berada di Lampung dan Jawa Timur itu memiliki afiliasi dengan Yayasan Baitul Maal Abdurrahman bin Auf (ABA).
Dari situs resminya www.lazaba.or.id, Yayasan Abdurrahman Bin Auf tercatat berdiri pada Oktober 2004 melalui akta pendirian yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan HAM. Yayasan ini memiliki kantor perwakilan di Jakarta, Jawa Barat, Sumatra Utara dan Lampung, dengan misi menjadi lembaga pengelola zakat, infaq, dan sedekah yang amanah, profesional dan sesuai syariat Islam.
Kontak penghubung pengurus yayasan di Jakarta dan daerah lain yang tertera pada situs tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Boy Rafli Amar menyebut penggunaan kotak amal sebagai sumber pendanaan organisasi teroris adalah fenomena baru. “Kegiatan fenomenal kotak amal sedang diinvestigasi, dilakukan langkah penyelidikan dan penyidikan oleh aparat kepolisian, kata Boy dalam sebuah acara di Bali pada 13 Desember 2020. “Saya yakin, nanti siapa yang mengorganisasi, itu akan diproses secara hukum.”
Dalam tiga bulan terakhir, polisi telah menangkap 23 tersangka militan dari kelompok JI di beberapa lokasi di Lampung, Riau dan Jambi. Secara total, sudah lebih dari 50 anggota JI telah ditangkap aparat sepanjang tahun ini.
Dua di antara mereka adalah Zulkarnaen dan Upik Lawanga, buronan aparat selama belasan tahun yang masing-masingnya diduga terlibat di balik pengeboman di Bali pada tahun 2002 dan memiliki kemahiran sebagai pembuat senjata api serta bom dengan daya ledak tinggi.
Juru bicara polisi, Argo Yuwono, mengatakan pihaknya bakal terus berusaha membongkar semua jaringan JI yang masih dalam status pencarian meski tingkat ancaman aksi kekerasan dari kelompok ini menurutnya rendah.
“Untuk rencana aksi, jaringan JI selalu bergantung dari perintah amir seperti Para Wijayanto,”ujar dia. [Benarnews]