- Acara berlangsung di Panti Asuhan Adinda yang dikelola Yayasan Sosial Budaya Sosrokartono.
- Ada 50 yatim piatu di panti, dan 500 anak lainnya dilepas sebagai anak mandiri.
JERNIH — Telkom menggelar kepedulian kepada masyarakat lewat program Charity 2021 Indihome bertema ‘Berbagi tanpa Batas’. Sasaran kegiatan adalah Panti Asuhan Adinda yang dikelola Yayasan Sosial Sosrokartono.
Acara yang diselenggarakan Telkom Regional 2 Jabodetabek Witel Jakarta Barat berlangsung di Jl Cendrawasih VI No 47 Cengkareng Barat, Jakarta Barat, Selasa 26 Oktober lalu. Yayasan Sosial Budaya Sosrokartono masuk dalam Wilayah Representatif Office Cengkareng.
Panti Asuhan Adinda saat ini membina sekitar 50 anak asuh, dan telah meluluskan lebih 500 anak asuh mandiri. Hajjah Nani, pemimpin Panti Asuhan Adinda, mengatakan pihaknya aktif dalam berbagai kegiatan untuk memberi wajah kreativitas dan aktivitas bagai anak asuhnya.
Acara berupa pembagian hadiah undian IndiHome dan penyerahan santunan disiarkan secara online melalui media Zoom. Witel Jakarta Barat memfasilitasi siaran ini, sehingga acara pemberian santunan menjangkau banyak orang.
Hadir dalam acara itu Manager Home Sevice I Jakarta Barat Ahmad Bidin, Head of Representative Office Telkom Cengkareng Ganang Afif Rijazim, dan Assistant Manager Support Hidayatullah, serta Liaison Officer Digital Witel Jakarta Barat.
Acara dimulai pukul 13.00 WIB dengan pengundian hadiah IndiHome. Pada pukul 15.30 WIB masuk ke agenda serah terima sumbangan dari Telkom kepada yayasan atau panti.
Telkom, lewat Charity 2021 IndiHome, akan terus berbagi. Witel Jakarta Barat senang dapat berpartisipasi dan memfasilitasi jalannya acara. Anak-anak yatim piatu Panti Asuhan Adida memanjatkan doa terbaik untuk kelangsungan bisnis Telkom.
RMP Sosrokartono
Bagi pemerhati sejarah, nama Sosrokartono pasti tidak asing lagi. Ia adalah kakak kandung RA Kartini, yang dikenal Eropa sebagai Jenius dari Timur.
Lulus dari Algemeene Middelbare School (AMS) Semarang, Sosrokartono melanjutkan ke Institute Teknik Delf di Belanda. Nggak betah. Dia keluar dan masuk Universitas Leiden jurusan Sastra Timur.
Di sinilah Sosrokartono memperlihatkan kejeniusannya. Ia menguasai 32 bahasa, yang membuatnya memiliki pergaulan luas. Ia dijuluki Jenius dari Timur.
Lepas dari Universitas Leiden, Sosrokartono melamar sebagai wartawan New York Herald Tribune sebagai koresponden Eropa. Saat itu, Eropa di ambang Perang Dunia I.
Sosrokartono satu-satunya calon wartawan yang lulus tes. Sebagai wartawan ia ditempatkan di medan Perang Dunia I di Front Wina. Tugasnya melaporkan situasi perang.
Di penghujung perang, Sosrokartono tiba-tiba berubah profesi. Kedua pihak yang bertikai dalam Perang Dunia I menunjuk Sosrokartono sebagai juru bahasa perundingan Versailles, Prancis.
Kembali ke Hindia-Belanda, Sosrokartono diawasi pemerintah kolonial. Ia tidak mendapat pekerjaan apa pun, dan hidup luntang-lantung.