- Pembakaran dimulai setelah penemuan kuburan tak bertanda di Kamloops, British Columbia.
- Berlanjur setelah berita temuan kuburan lain di halaman bekas sekolah asrama antara 2021-2023.
JERNIH — CBC, lembaga penyiaran Kanada, memberitakan sebanyak 33 gereja hancur dan rusak parah akibat kebakaran antara Mei 2021-Desember 2023 setelah ditemukannya kuburan massal anak-anak penduduk asli di haman tempat ibadah umat Kristen itu.
Dalam laporan yang disiarkan Rabu 10 Januari, CBC melaporkan dari jumlah itu hanya dua gereja yang oleh penyelidik dinyatakan terbakar akibat kecelakaan. Sebanyak 24 gereja diduga dibakar, dan lainnya masih dalam penyelidikan aktif.
Mengutip peneliti dan tokoh masyarakat, CBC mengatakan faktor sejarah kolonial Kanada dan temuan situs pemakaman tak bertanda di halaman Sekolah Perumahan diduga menjadi motif pembakaran.
Temuan sisa-sisa jenazah 200 anak pribumi di Kamloops Indian Residential School di British Columbia, Mei 2021, diduga menjawab awal serangkaian pembakaran gereja.
Sejak temuan di British Columbia, ribuan kuburan tak bertanda ditemukan di sejumlah lokasi. Padahal, tidak ada sisa-sisa jenazah di lokasi yang diduga kuburan massal, termasuk di Kamloops.
Sistem sekolah asrama beroperasi di Kanada sejak 1830 dan bereakhir 1900-an. Sekolah dikelola lembaga-lembaga keagamaan yang disponsori pemeirntah. Tujuan sekolah adalah mengasimilasi paksa anak-anak penduduk asli ke dalam budaya Euro-Kanada.
Diperkirakan 150 ribu anak-anak Indian; Inuit dan Metis, berusia empat sampai lima tahun, menempuh pendidikan di sekolah-sekolah itu. Banyak di antara mereka menjadi korban pelecehan.
Meski tak sedikit mereka yang mengikuti pendidikan di sekolah-sekolah itu menjadi pemeluk Kristen, sistem Sekolah Perumahan menimbulkan perpecahan di masyarakat Kanada mengenai peran gereja dalam pembentukan sekolah dan upaya penghapusan budaya asli.
Paulina Johnson, peneliti Universitas Alberta, mengatakan; “Gereja terbakar karena tidak ada orang yang benar-benar menyampaikan kebenaran.”
Ia juga mengatakan pembakaran tidak bisa dibenarkan, tapi menunjukan realitas simbolis yang lebih besar. “Ini memberi mereka suara. Karena, untuk waktu yang lama belum benar-benar mengakui kami,” kata perempuan yang berasal dari masyarakat asli Kanada.
Survei Mei 2021 di halaman Kamloops Indian Residential School, dengan menggunakan radar penembus tanah, mengungkapkan kemungkinan sisa-sisa 215 jenazah anak di makam tak bertanda. Beberapa diperkirakan berusia tiga tahun.
Beberapa pekan setelah pengumuman itu, sebelas gereja di Kanada bagian barat dihancurkan oleh api dalam kasus yang ditetapkan sebagai pembakaran.
Tahun 2015, sebuah komisi yang dibentuk untuk mengidentifikasi dampak sekolah asrama di Kadana menyimpulkan sistem sekolah itu merupakan genosida budaya.
Paus Fransiskus, dalam kunjungan ke Kanada tahun 2022, meminta maaf atas peran Gereja Katolik dalam sistem itu. Paus Fransiskus juga mengakui sistem itu sebagai genosida.