- Rabbi Weiss menawarkan solusi kontroversial untuk mengakhiri penderitaan Gaza, yaitu bubarkan negara Israel.
- Rabbi Weiss telah berbicara dengan pemimpin Hamas, Hizbullah, Yasser Arafah, Mahmoud Ahmadinejad.
- Neturei Kerta adalah Yahudi Heredi dengan pemahaman berbeda terhadap Taurat.
- Menurut mereka, pengusiran Yahudi dari Palestina adalah kehendak Tuhan.
- Yahudi tidak boleh kembali ke Palestina secara massal dan membentuk negara, karena itu melanggar kehendak Tuhan.
JERNIH — Neturei Kerta mungkin nama kelompok yang terdengar samar-samar di telinga banyak orang. Namun, nama kelompok ini muncul ke permukaan dengan solusi kontroversial atas masalah Gaza ketika Israel meluluh-latakan enclave Palestina itu.
Dalam Bahasa Aram, Neturei Kerta artinya ‘Penjaga Kota’. Kota yang dimaksud adalah Yerusalem. Namun, Neturei Kerta adalah kelompok yang didirikan atas penolakan terhadap negara Israel. Padahal, Neturei Kerta adalah kelompok Yahudi Haredi.
Yahudi Haredi adalah bentuk Yudaisme paling konservatif. Sering disebut ultra-Ortodoks. Pengikuti Yudaisme Haredi, sering disebut Haredi atau Haredim, diperkirakan 1,3 juta orang.
Salah satu tokoh utama Neturei Kerta adalah Rabbi Yisroel Dovid Weiss. Kepada Russia Today, Rabbi Weiss menjelaskan posisinya dalam konflik Israel-Palesetina.
“Zionisme adalah transformasi Yudaisme, dari agama, dari ketundukan kepada Tuhan, menjadi konsep material nasionalisme,” kata Rabbi Weiss. “Itu tidak bisa diterima oleh orang-orang yang ingin melayani Tuhan. Untuk menciptakan nasionalisme, mereka menyingkirkan Tuhan dan persamaan.”
Menurut Rabbi Weiss, kaum Yahudi diperingatkan para nabi bahwa kaum Yahudi akan terusir dari tanah air, dan itu terjadi dengan penghancuran Bait Suci di Yerusalem 2000 tahun lalu.
“Kami tidak boleh kembali secara massal. Pengasingan itu diperintahkan Tuhan. Kami tidak akan memberontak terhadap negara mana pun tempat kami tinggal. Kami harus menjadi warga negara yang setia dan berdoa untuk kesejahteraan tanah yang menjadi rumah kami. Kami juga tidak boleh berusaha mengakhiri pengasingan,” katanya.
Bagi mereka yang tidak terbiasa dengan Taurat, bagian sentral dari
Alkitab Yahudi, sentimen itu mungkin cukup revolusioner. Neturei Kerta percaya mereka mengikuti kitab suci mereka, dan meninggalkan Palestina adalah kehendak Tuhan.
Mereka juga berpikir agama mereka memerintahkan mereka memprotes secara terbuka apa yang mereka anggap sebagai pelanggaran atas nama Yudaisme. Mereka secara khusus ingin membuat orang mengerti ada perbedaan mendasar antara orang Israel dan Yahudi.
Rabbi Weiss melanjutkan; “Tujuan Zionis adalah memiliki keadaan material mereka, dan apa pun yang menghalangi mereka tidak menggangu mereka. Taurat mengatakan jangan mencuri. Jadi setiap konsep Zionisme adalah melanggar Taurat. Mereka tahu agama kami tidak meminta kami mengangkat senjata dan mengambil tanah. Yang terjadi sebaliknya.”
Israel dibentuk tahun 1948, dan tahun-tahun berikutnya diterima Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Ada narasi yang diterima secara luas tentang bagaimana pasukan Israel merebut tanah dan properti orang-orang Palestina, yang sebagian besar adalah Muslim.
Ini semua dilakukan di bawah premis menciptakan rumah nasional bagi orang Yahudi, dan pemerintah Inggris menggerakan semua ini selama Perang Dunia I, dengan Deklarasi Balfour.
Israel kini menjadi negara modern dengan tentara yang tangguh dan industri teknologi yang sukses. Namun, cara mereka memperlakukan rakyat Palesteina, yang telah dianeksasi ke Gaza dan Tepi Barat dengan hak terbatas, membuatnya terbuka untuk kritik.
Rabbi Weiss mengatakan; “Mereka mencemooh Bintang Daud dan mengklaim melakukan kehendak Tuhan. Mereka mengintimidasi siapa pun yang berani berbicara menentang mereka dengan julukan anti-Semit. Itu menggelikan dan sebuah tragedi, karena mereka tidak mewakili Taurat.”
Neturei Kerta mengaku mewakili komunitas Yahudi dan mengatakan Israel telah menciptakan legitimasi palsu. Meski Israel memiliki kepala Rabbi, agama Yahudi juga memiliki struktur secara independen.
Melalui doktrin agama inilah Israel terus-menerus membenarkan perebutan tanah Palesteina, yang kemudian dijalankan oleh para pemukim Israel. Proses ini adalah salah satu titik utama kedua negara. Yang kini kita saksikan adalah mengeluarkan warga Palesetina dari Sheikh Jarrah, yang memicu serentetan konflik baru.
Rabbi Weiss mengatakan; “Zionis terus-menerus mencoba memasukan Taurat ke dalam monster mereka yang disebut negara Israel. Mereka memiliki seorang Kepala Rabbi, seorang rabbi, itu semua adalah hiasan jendela. Mereka memberi stempel pada apa pun yang dilakukan Israel dan menciptakan aura kesucian.”
“Sayangnya, banyak mahasiswa, kebanyakan keluarga non-relijius atau relijius nominal, yang jatuh ke dalam perangkap propaganda Zionis, dan berbicara dengan emosi dengan mengatakan selama dua ribu tahun kami berada di pengasingan, kami telah menderita dan Tuhan kembali memberi tanah. Semua itu mengabaikan apa yang dikatakan Taurat.”
“Orang-orang berpikir menjadi pahlawan bagi Yudaisme. Mereka harus ekmbali ke Israel, dan pergi ke permukiman. Kami tidak memaafkan kekerasan, tapi mereka menghasutnya dengan mengusir orang-orang Arab seperti yang mereka lakukan sekarang ini di Sheikh Jarrah. Suatu tindakan adalah reaksi, apa yang kami harapkan? Itulah mengapa terjadi pertumpahan darah.”
Neturei Kerta telah bertemu dengan semua yang dianggap ekstremis. Mereka bertemu Hizbullah dan Hamas. Mereka berbicara dengan mantan presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, mendiang pemimpin PLO Yasser Arafat, dan penguasa de facto Gaza Ismail Haniyeh. Bahkan mereka berbagi platform dengan David Duke, mantan grand wizard Klu Klux Klan (KKK).
Rabbi Weiss menjelaskan; “Pemimpin Hamas mengatakan mereka tidak membenci orang Yahudi, dan ingin hidup bersama. Hamas dan Hizbullah menginginkan pembongkaran negara secara damai. Kami juga menginginkan itu. Kami memahami masalah intinya bukan Hamas. Masalahnya adalah tahun 1948 mereka meratifikasi monster yang disebut negara Zionis Israel yang datang dan merampok tanah orang lain. Segala sesutu yang terjadi hanyalah reaksi atas ketidak-adilan yang mengerikan ini.”
“Terorisme adalah ciptakan negara dan keberlangsungan eksistensi negara itu. Sehingga, setiap hari seroang anak lahir di Palestina dan mereka menderita. Mereka melihat anggota keluarga mereka tewas dan mereka memiliki kebencian mendarah-daging kepada orang-orang Yahudi meski tidak dijelaskan kepada mereka. Semua itu dilakukan atas nama kita, dengan simbol kita, kemunafikan yang melampaui kata-kata.”
Tuduhan lain terhadap Neturei Kerta adalah menyangkal Holocaust. Rabbi Weiss mengatakan; “Kakek dan nenek saya terbunuh di Auschwitz seperti mayoritas keluarga saya. Ayah saya melarikan diri ketika Nazi menyerbu Hongaria, dan hampir seluruh komunitas anti-Zionis adalah orang-orang imigran yang merupakan sisa keluarga yang melarikan diri dari Hitler. Jadi, kami tidak pernah menyangkal Holocaust, karena itu ada dalam darah kami.
Menurut Rabbi Weiss, bagian dari kompleksitas saat ini adalah banyak orang Yahudi di Israel tidak merasa setia kepada negara, tapi tidak dapat berbicara.
Rabbi Weiss juga mengatakan jika dia mengunjungi Israel, dia akan ditangkap dan dipenjara. Bahkan setiap anak Neturei Kerta akan menjadi penjahat pada usia 17 tahun hanya karena menolak pergi ke Israel dan mengikuti wajib militer.
Setiap sepuluh tahun, menurut Rabbi Weiss, Israel akan berperang. Israel tidak akan pernah memiliki kedamaian sejati. “Kami percaya itulah yang Tuhan katakan kepada kami. Kami percaya Israel akan berakhir, karena itu adalah pemberontakan langsung melawan Tuhan. Kami dilarang memiliki negara Yahudi. Kami harus berbicara kepada pemimpin dunia untuk berhenti mendukung pendudukan, dan mencoba membaaw bantuan kepada rakyat Palestina,” kata Rabbi Weiss.
Rabbi Weiss percaya Israel harus ganti nama, dan negara Palestina dibentuk sebagai gantinya. Negara baru yang akan menjadi rumah bagi orang-orang Yahudi dan Muslim, seperti ratusan tahun sebelumnya.
“Afrika Selatan putus asa, tapi ketika ada tekanan untuk menghentikan apartheid seluruh konsep berubah,” kata Rabbi Weiss. “Seluruh konsep Palestina dapat diubah, dari negara Yahudi menjadi negara bebas Palestina.”