Crispy

Rusia Diduga Kuat Jadikan Perkosaan dan Pembunuhan Massal Senjata Perang

Meski Moskow berulang kali membantah tuduhan tersebut, tampaknya mereka akan kian sulit mengelak.  Seorang tentara Rusia, Alexei Bychkov (24 tahun)  telah ditangkap dan diduga melecehkan seorang bocah setelah beredarnya rekaman pelecehan tersebut. Ia diduga kuat merekam dirinya saat memperkosa si bocah, dan membunuhnya setelah itu.

JERNIH– Pasukan Rusia diduga kuat telah melakukan ratusan perkosaan dan pembunuhan, menjadikannya sebagai senjata perang untuk menciptakan terror selain bombardier membabi buta terhadap area sipil tempat warga sipil Ukraina tinggal. Hal tersebut tersimpulkan dari berbagai fakta dan kesaksian, termasuk dari Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy.

Saat berbicara di depan anggota parlemen Lituania, Presiden Zelenskyy bercerita panjang tentang kekejaman tentara Rusia yang mengerikan itu. Zelenskyy mengatakan, di wilayah-wilayah yang baru saja dibebaskan dari cengkeraman penjajah Rusia, pencatatan dan penyelidikan kejahatan perang yang dilakukan oleh Rusia terus menuai data baru. “Kuburan massal baru ditemukan hampir setiap hari,”kata Zelenskyy.

Presiden Ukraina itu mengatakan, testimoni terus dikumpulkan, dengan korban yang mencapai ribuan. Pihak Ukraina juga menemukan ratusan kasus penyiksaan dan pembunuhan, dengan mayat terus ditemukan di saluran air dan ruang bawah tanah.

“Ratusan kasus pemerkosaan telah dicatat, termasuk gadis-gadis muda dan anak-anak yang masih di bawah umur, bahkan menimpa bocah kecil!” kata Zelenskyy.

Dengan skala kebrutalan semengerikan itu, kelompok hak asasi Ukraina telah menginformasikan fakta tersebut kepada PBB. Mereka menduga kuat bahwa perkosaan dan pembunuhan massal itu sengaja dilakukan tentara Rusia, dengan niat untuk menjadikannya sebuah senjata perang. “PBB harus mendengar dan tahu itu,” kata Zelenskyy.

Presiden Lituania, Gitanas Nauseda, yang hadir dalam pertemuan tersebut menanggapi dengan mengatakan, “Tidak mungkin membayangkan kengerian yang lebih besar dari itu.”

Menurut Presiden La Strada-Ukraina—sebuah lembaga hak asasi manusia Ukraina, Kateryna Cherepakha, hotline darurat organisasinya telah menerima banyak  telepon yang menuduh tentara Rusia bertanggung jawab atas sembilan kasus pemerkosaan, melibatkan 12 wanita dan anak perempuan.

Kepada PBB, Cherepakha mengatakan, sejauh ini hal itu hanyalah puncak gunung es yang terlihat. “Kami tahu dan melihat, dan kami ingin Anda mendengar suara kami, bahwa kekerasan dan pemerkosaan sekarang digunakan sebagai senjata perang oleh penjajah Rusia di Ukraina,”kata dia.

Dia menyebut seorang anak laki-laki berusia 1 tahun termasuk di antara korban. Anak itu dilaporkan diperkosa oleh pasukan Rusia di depan ibunya yang diikat ke kursi dan dipaksa untuk menonton adegan sadis tersebut.

Meski Moskow berulang kali membantah tuduhan tersebut, tampaknya mereka akan kian sulit mengelak.  Seorang tentara Rusia, Alexei Bychkov (24 tahun)  telah ditangkap dan diduga melecehkan seorang bocah setelah beredarnya rekaman pelecehan tersebut. Ia diduga kuat merekam dirinya saat memperkosa si bocah, dan membunuhnya setelah itu.

The Sun melaporkan, Bychkov telah memfilmkan dirinya sendiri yang menganiaya bocah itu, sebelum mengirim rekaman memuakkan itu kepada seorang rekan serta koleganya  di  Rusia. Alexei Bychkov ditahan di Rusia pada Sabtu lalu, setelah klip keji itu muncul di media sosial selama akhir pekan.

Sehari sebelumnya, sebuah ancaman tentang Bychkov muncul di Twitter yang merinci pelecehan horor tersebut. Dalam rekaman itu, dia dilaporkan mengatakan tengah merekam “video ganas” sebelum menyerang bocah itu. Tidak diketahui secara pasti kapan dan di mana rekaman itu diambil.

Informasi tentang Bychkov kemudian dipublikasikan secara online di aplikasi media sosial berbahasa Rusia, VKontakte. Dia dikatakan lahir pada tahun 1997 di dekat Stavropol di Rusia barat daya, dan tinggal di wilayah Krasnodar, tidak jauh dari Krimea yang diduduki Rusia. Menurut sumber-sumber Rusia, ia bertugas di unit militer No. 64044 yang berbasis di pinggiran kota Pskov, Rusia barat, dekat perbatasan dengan Estonia.

Jika video itu diverifikasi, itu akan menjadi kejahatan perang terbaru yang diduga dilakukan tentara Rusia.

Berbagai horror kekejian tentara Rusia

Komisioner Parlemen Ukraina untuk Hak Asasi Manusia, Lyudmila Denisova, membuka banyak kasus kekejaman yang dilakukan tentara Rusia. Di Bucha ia menemukan sejumlah warga sipil tewas dengan menunjukkan tanda-tanda penyiksaan, sebelum ditemukan beberapa waktu kemudian.

Denisova juga mengklaim ada lima personel tentara Putin memperkosa seorang gadis berusia 14 tahun. Dia juga mengatakan, sekitar 120.000 anak-anak Ukraina ditangkap dan diculik, dengan beberapa diperkosa dan lainnya diselundupkan ke Rusia.

Ada seorang wanita bernama Tetiana Zadorozhniak, diperkirakan telah diperkosa dan dibantai di kota Makariv, 30 mil dari Kyiv, bulan lalu. Tetiana diyakini telah diperkosa dan dibunuh.

Pada saat rumahnya didatangi warga setelah mundurnya tentara Rusia, seprai bernoda darah difilmkan di tempat pembunuhan Tetiana. Sementara rekaman juga menunjukkan kamar-kamar di rumah itu telah dihancurkan dan isinya dibuang. Juru kamera yang mengabadikan terdengar terisak-isak saat dia menggambarkan adegan itu.

Klip video yang dibagikan di Telegram dan Twitter oleh Penasihat Kementerian Dalam Negeri Ukraina, Anton Gerashchenko, menunjukkan bagian dalam rumah tempat Tetiana. Menurut sesame warga, Tetiana diseret keluar dari rumahnya oleh orang-orang Ramzan Kadyrov saat dia menunggu evakuasi. Dia ditawan di sebuah rumah terdekat dan dianiaya.

Setelah berhari-hari disiksa, salah satu tentara memperkosanya untuk terakhir kali sebelum memotong tenggorokannya, dan membuang tubuhnya yang sudah tak bernyawa di kuburan dangkal, kata penduduk setempat.

Saksi mata mengklaim bahwa tentara Chechnya yang memperkosa dan membunuh Tetiana kemudian dieksekusi oleh rekannya yang lain.

Di tempat lain di Bucha, 25 gadis dalam rentang usia 14 hingga 25 tahun, diperkosa secara ‘sistematis’ saat ditahan di ruang bawah tanah.

“Korban mengatakan, tentara-tentara Rusia itu berteriak bahwa mereka akan memperkosa para korban sampai pada titik di mana korban tidak menginginkan kontak seksual dengan pria mana pun, untuk mencegah korban-korban memiliki anak Ukraina,” kata Denisova.

Pada hari yang sama, pejabat Ukraina Oleksandr Vilkul mengklaim pasukan Putin memperkosa seorang gadis berusia 16 tahun dan seorang wanita tua, 78 tahun, dalam tindakan barbarisme terbaru mereka.

“Ada berita yang membuat darah di pembuluh darah saya jadi dingin,” kata Vilkul, kepala administrasi militer Kryvyi Rih, dalam sebuah video yang diposting di Facebook. “Sambil membangun kembali kehidupan yang damai di desa-desa yang dibebaskan di wilayah Kherson, kami dihadapkan dengan semakin banyak cerita horror.”

Berbicara pada program Sunday Morning di BBC yang dipandu Sophie Raworth, Pascal Hundt dari Palang Merah Ukraina mengatakan dunia dapat membayangkan tingkat keputusasaan orang-orang Ukraina.

“Mereka mencoba melarikan diri, mereka sedang menunggu kereta mereka dan mereka ditembaki,”kata Hundt.

Sementara itu seorang wanita berusia 50 tahun yang tinggal 45 mil dari Kyiv mengatakan, seorang tentara Chechnya menerobos masuk ke rumah yang dia tinggali bersama suaminya pada 7 Maret lalu. Kepada BBC dia mengatakan, dirinya dibawa dengan todongan senjata ke sebuah rumah di dekatnya. “Dia memerintahkan saya: “Buka pakaianmu atau aku akan menembakmu!”

“Dia terus mengancam akan membunuhku jika aku tidak melakukan apa yang dia katakan. Kemudian dia mulai memperkosa saya,” kata dia, bertestimoni.

Sementara dirinya diperkosa, empat tentara lagi masuk. “Saya pikir saya sudah selesai. Tapi mereka membawa saya pergi. Saya kemudian tidak pernah melihatnya lagi.” Ketika kembali ke rumah, dia menemukan suaminya telah ditembak di perut dan meninggal dua hari kemudian karena luka-lukanya.

Ratusan cerita perkosaan dan pembunuhan, terus didata dan didokumentasikan.

Pekan lalu PBB mengatakan bahwa pemantau hak asasi manusia sedang berusaha untuk memverifikasi tuduhan kekerasan seksual oleh pasukan Rusia, termasuk pemerkosaan berkelompok dan pemerkosaan di depan anak-anak. Misi Ukraina di PBB tidak segera menanggapi permintaan komentar atas tuduhan terhadap pasukan Ukraina.

Rusia telah berulang kali membantah menyerang warga sipil sejak invasinya ke Ukraina dimulai pada 24 Februari. “Rusia, seperti yang telah kami nyatakan lebih dari sekali, tidak berperang melawan penduduk sipil,”kata Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB, Dmitry Polyanskiy, kepada Dewan Keamanan, Senin lalu. Ia balik menuduh Ukraina dan sekutunya “memiliki niat yang jelas untuk menampilkan tentara Rusia sebagai sadis dan para pemerkosa.”

Sementara Direktur Eksekutif UN Women, Sima Bahous, mengatakan bahwa semua tuduhan harus diselidiki secara independen untuk memastikan keadilan dan akuntabilitas.

“Kami semakin banyak mendengar tentang pemerkosaan dan tindakan kekerasan seksual,”katanya kepada Dewan.

Duta Besar Ukraina untuk PBB Sergiy Kyslytsya mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa Kantor Kejaksaan Agung Ukraina telah meluncurkan mekanisme khusus dokumentasi kasus kekerasan seksual oleh tentara Rusia terhadap perempuan Ukraina. [The Daily Mail/The Sun/BBC]

Back to top button