- Mereka keluar dari mobil akibat kehabisan BBM, melanjutkan pelarian dengan jalan kaki.
- Di perbatasan Georgia, Kazakhstan, dan Mongolia. mereka harus menunggu berjam-jam untuk melintas.
JERNIH — Rusia tenggelam dalam kekacauan total, puluhan ribu orang memadati perbatasan Georgia, Kazakhstan, dan Mongolia, sebagai cara terakhir melarikan diri dari wajib militer paksa.
Radion Logvin, warga Moskwa, salah satu dari mereka. Ia tiba di Tbilisi, ibu kota Georgia, setelah berkendara 2.000 kilometer, menghindari pemeriksaan polisi, dan menunggu sekian belas jam di perbatasan Georgia.
“Setelah Presiden Vladimir Putin mengumumkan mobilisasi parsial, saya segera mengemasi barang-barang, memberi instruksi kepada ibu, dan pergi,” kata Logvin kepada The Moscow Times.
Logvin tidak mengatakan dengan siapa dia berkendara. Yang ia tahu waktu hampir habis, dan perjalanan 2.000 kilometer — atau dua kali Pulau Jawa — adalah perjalanan putus asa.
Ketakutan Logvin, juga ribuan orang Rusia yang melarikan diri, beralasan. Kremlin sangat mungkin menutup perbatasannya untuk warga usia tempur.
Sejauh ini Kremlin belum melakukannya. Akibatnya, kendaraan berbagai jenis; mulai dari mobil pribadi sampai bus, memadati perbatasan Georgia, Kazakhstan, Mongolia, dan negara-negara yang tidak memerlukan visa.
Kehabisan Air dan BBM
Banyak orang memutuskan meninggalkan mobil karena tidak memiliki air dan bahan bakar. Mereka melanjutkan dengan jalan kaki untuk sampai ke perbatasan yang dituju.
Ada 3.500 mobil berbaris di titik penyeberangan perbatasan Rusia-Georgia sepanjang Senin. Ribuan orang yang meninggalkan mobil berjalan berbaris seolah tanpa ujung.
“Tidak ada SPBU. Toilet terdekat berjarak dua kilometer dari perbatasan,” kata Logvin. “Kami harus mempertahankan tempat kami dalam barisan. Kami menghindari pertempuran, tapi kini seolah menghadapi pertempuran.”
Sebelum tiba di perbatasan, Logvin dihentikan polisi dan terpaksa mengambil rute alternatif. Ia mengemudi di malam hari di tengah hujan lebat dan gelegar petir.
Ada yang lari menggunakan skuter, sepeda, dan sepeda motor, untuk menghindari kerumunan besar dan kemacetan lalu-lintas.
Novaya Gazete Europe melaporkan 260 ribu penduduk usia tempur Rusia lari sejak Putin mengumumkan mobilisasi parsial. Sebagian lari ke negara-negara Kaukasus; Georgia, Armenia, Belarusia, Turki, dan negara-negara Asia Tengah.
Mereka yang berduit hanya butuh 30 menit, terhitung sejak pengumuman mobilisasi parsial, untuk memutuskan lari ke luar negeri. “Saya tidak ingin mati sia-sia,” ujar seorang pria berusia 30 tahun yang kini ‘mengungsi’ ke Georgia.
Selama akhir pekan, tiket penerbangan Moskwa-Baku (Azerbaijan) melonjak sekian kali lipat menjadi Rp 172,5 juta. Harga tiket ke Yerevan, ibu kota Armenia, juga mendekati angka Rp 100 juta.
“Sungguh keajaiban saya membeli tiket sebelum terjadi kenaikan gila-gilaan,” kata seorang pria Rusia yang baru tiba di Yerevan.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan tidak ada keputusan untuk menghentikan pria usia wajib militer meninggalkan Rusia. Namun, seorang pria Rusia mengatakan kepada The Moscow Times bahwa penjaga perbatasan menginterogasi mereka soal catatan dinas militer.