Anggoro juga bilang, kalau Sandra punya riwayat penyakit asma. Keterangan ini, didapat dari suami dan sebelum ikut ngantri istrinya itu sempat mengeluh sakit di bagian dada.
JERNIH-Entah siapa yang harus disalahkan atas tewasnya Sandra, perempuan berusia 41 tahun yang meninggal lantaran sesak nafas ketika mengantri minyak goreng murah di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, pada Sabtu (12/3).
Dikutip dari Tempo, Kapolres setempat, AKBP Anggoro Wicaksono mengisahkan, kalau warganya itu mengantri di Alfamidi yang berada 85 meter dari tempat tinggalnya.
Sandra datang dan mengantri sejak pukul 07:45 waktu setempat, dan Alfamidi baru membuka rolling door dan pintu masuknya tepat pukul 08:00. Hanya beberapa menit saja, Anggoro bilang, ibu rumah tangga ini langsung jatuh pingsan dan segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Tapi naas, nyawanya tak selamat ketika dalam perjalanan.
“Jadi yang bersangkutan baru tiba, sekitar 5 hingga 10 menit, menurut saksi sempat batuk dan sesak (nafas) sebelum pingsan,” kata Anggoro saat dihubungi via telepon.
Anggoro juga bilang, kalau Sandra punya riwayat penyakit asma. Keterangan ini, didapat dari suami dan sebelum ikut ngantri istrinya itu sempat mengeluh sakit di bagian dada.
Corporate Communication Manager PT. Midi Utama Indonesia Nursandi, menyampaikan rasa prihatin dan meminta maaf atas kejadian ini.
“Terkait kejadian pagi ini di toko Kampung Cina, Berau, kami turut prihatin, kami turut berduka sedalam-dalamnya kepada keluarga korban,” katanya melalui keterangan tertulis.
“Kami juga mohon maaf belum dapat menyediakan stok minyak goreng sesuai kebutuhan masyarakat berau, hal ini dikarenakan terbatasnya stok dan pengiriman dari supplier,” katanya melanjutkan.
AKBP Anggoro menyebutkan, dalam antrian itu tak terjadi desak-desakan seperti banyak yang terjadi di wilayah lain. Namun kelangkaan dan tingginya harga minyak goreng yang terjadi di berbagai daerah, dianggap sebagai kegagalan Pemerintahan saat ini dalam mengendalikannya.
PKS yang mengambil posisi berseberangan dengan Pemerintah menilai, Presiden Jokowi gagal dalam melakukan pengendalian. Selain minyak goreng, partai ini juga menyoroti harga sembako lain yang mulai merangkak naik jelang bulan suci Ramadhan.[]