Bandung – Bagi warga tatar Pasundan, siapa yang tak kenal sarung Majalaya. Namun kini keberadaan usaha pembuat sarung ini terancam. Tekanan persaingan, kualitas dan regenerasi perajin menjadi penyebabnya.
Dalam lima tahun terakhir. Hampir 50 persen perajin Sarung Majalaya tutup dan beralih ke komoditi lain.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Barat M Arifin Soendjayana, kemarin mengatakan, menurunnya jumlah perajin sarung di Majalaya memang tak bisa ditutup-tutupi. Pemprov Jabar akan mencoba untuk membangkitkan lagi gairah industri sarung Majalaya.
“Dekranasda menjadi wadah untuk meningkatkan dan melestarikan perajin sarung ini. Pertama kita bekerja sama dengan pihak swasta untukm membuat masterplan kebangkitan sarung di Jabar. Dekranasda sudah melakukan MoU dengan akademisi dan swasta untuk membuat roadmapnya seperti apa, salah satunya Telkom University,” ungkapnya.
Arifin mengakui pesanan sarung itu ramai pas mau lebaran atau pilkada. Namun gairah tersebut menurun drastis setelahnya. Karena itu kualitas sarung Majalaya harus ditingkatkan. “Kita ini coba menggulirkan supaya kualitas sarungnya betul-betuk bagus. Jangan sekali cuci, mengkerut. Perajin juga kita lestarikan. Pada 2020-2021, kita bertahap mengembangkan sarung ini,” ucapnya.
Ketua Dekranasda Jabar Athalia Praratya mengaku sedang menyusun roadmap untuk membangkitkan perajin sarung di Jabar, khususnya Majalaya. Terlebih setelah dirinya menyusuri sejumlah wilayah di Indonesia, umumnya perajin sarung tersebut berasal dari Jawa Barat, misalnya Majalaya dan Tasikmalaya.
“Sarung kita harus berjaya lagi. Kita perkuat supaya pelaku usaha ini mampu menghadirkan regenerasi. Kita akan bantu, misalnya kekurangannya dari sisi apa. Misalnya manajemen keuangan atau harus menjual secara e-commerse. Mereka harus dipetakan dulu permasalahannya sehingga jangan sampai menghilang,” kata Athalia.
Athalia menyatakan, Dekranasda Jabar akan mencoba memetakan berbagai permasalahannya, mulai kurangnya informasi, pembinaan, bahan baku, supaya mendorong pelaku usaha sesuai kebutuhan yang diperlukan. Pantauan terakhir, perajin sarung ini sudah tidak memiliki potensi karena kurangnya dukungan pemerintah, termasuk regenerasi yang masih sangat kurang.
“Upaya Dekranasda Jabar dibantu Pemprov Jabar dalam membangkitkan lagi perajin sarung mendapat sokongan pemerintah pusat. Kita akan dorong perajin ini bisa menyesuaikan dengan tren terkini. Pertumbuhan ekonomi masyarakat itu kan sangat dipengaruhi tren. Makanya ikuti atau harus menciptakan tren baru,” jelasnya.
Sarung Majalaya beruntung sudah mendapatkan brand di masyarakat. Berbeda dengan sarung-sarung lokal, seperti Solo atau Pekalongan. Namun perajin sekarang terbatas oleh pasar, kondisi mesin yang sudah tua, desainnya, bahannya, serta daya saing yang sangat rendah. [Zin]