Jernih.co

Sebut Yesus “Pemecah Belah Bak Setan”, Pemimpin Hindu Bangladesh Sulut Konflik Antaragama

Pramanik, berkumis, tampak dalam sebuah foto kegiatan yang melibatkan pemimpin partai nasionalis Hindu India, Narendra Modi.

Pramanik juga mengklaim bahwa Kristen di berbagai belahan dunia menghancurkan masyarakat dan agama kuno dengan paksa. Yunani dan Vatikan, kata dia, pernah menjadi benteng Hinduisme sebelum orang-orang Kristen merebut mereka dan mengubah karakteristik mereka sepenuhnya.

JERNIH—Zaman kian edan, dengan manusia yang tak pernah berpikir ke depan untuk kemaslahatan.  Sebuah kasus gesekan agama terjadi di Bangladesh. Para pemimpin umat Kristen di negara itu menuntut permintaan maaf dari seorang pemimpin Hindu, yang menggambarkan Yesus sebagai “tokoh pemecah-belah” yang kata-kata dan tindakannya menyerupai “Setan”, sebagaimana dilaporkan Eurasia Review.

Umat Kristen telah bereaksi penuh amarah di media sosial atas komentar menghasut yang dilakukan Govinda Chandra Pramanik, pengacara Mahkamah Agung dan sekretaris jenderal Aliansi Besar Hindu Nasional Bangladesh, sebuah kelompok Hindu konservatif di negara berpenduduk mayoritas Muslim itu.

Pramanik (berkopiah) dalam sebuah acara

Pramanik melontarkan komentar kontroversialnya selama pertemuan virtual tentang hukum keluarga Hindu pada 8 Juli 2021. Dia merujuk pada Injil Lukas ketika Yesus berkata: “Apakah kalian pikir Aku datang untuk membawa damai ke bumi? Tidak, saya datang untuk memecah-belah orang satu sama lain! Mulai sekarang keluarga akan terpecah, tiga mendukung saya, dan dua menentang —atau dua mendukung dan tiga menentang.”

Pramanik juga menuduh kelompok-kelompok Kristen menabur perpecahan di komunitas Hindu Bangladesh serta telah membujuk mereka untuk masuk agama Kristen lewat iming-iming uang dan insentif lainnya.

Pramanik juga mengklaim orang-orang Kristen di berbagai belahan dunia menghancurkan masyarakat dan agama kuno dengan paksa. Ia menambahkan, Yunani dan Vatikan pernah menjadi benteng Hinduisme sebelum orang-orang Kristen merebut mereka dan mengubah karakteristik mereka sepenuhnya.

Eurasia Review mencatat, dalam pernyataan pada 13 Juli, Asosiasi Kristen Bangladesh (BCA) mengutuk pernyataan Pramanik dan menuntut permintaan maaf karena telah melukai sentimen keagamaan umat Kristen.

“Dia telah mencemarkan nama baik komunitas Kristen dengan komentar menghina Yesus. Dia melakukannya dengan sengaja tanpa memahami makna yang terkandung dalam ayat-ayat Alkitab dan dengan maksud untuk menodai citra komunitas Kristen. Komentarnya tentang umat Kristen yang mengubah agama Hindu dengan uang juga salah dan tidak berdasar,” kata Presiden BCA, Nirmol Rozario, kepada UCA News.

Rozario menegaskan, BCA sedang mengejar permintaan maaf tanpa syarat dari pemimpin Hindu itu, sekaligus penarikan pernyataannya. Rozario memperingatkan, asosiasi itu akan mengambil “tindakan lebih lanjut” setelah berdiskusi dengan para anggota komite.

Komentar tidak masuk akal dan menghujat semacam itu menimbulkan ancaman bagi kerukunan beragama di Bangladesh, tambah Rozario.

Seorang imam senior dan pejabat dari Komisi Kesatuan Umat Kristen dan Dialog Antaragama menggemakan sentimen serupa. “Seorang pria dari agama lain yang memiliki pemahaman yang dangkal tentang Kekristenan tidak memiliki hak untuk salah menafsirkan agama Kristen,”ujar imam itu kepada UCA News secara anonim.

“Sebagai umat Kristen saya mendukung pengampunan, tetapi dia harus meminta maaf terlebih dahulu. Bayangkan jika dia membuat komentar serupa yang mengacu pada Alquran, dia mungkin menghadapi ancaman pembunuhan. Kami hanya mengutuk pernyataannya dan menginginkan permintaan maaf.”

Agama Kristen telah tumbuh dan berkembang selama berabad-abad melalui penginjilan, bukan dengan paksaan atau uang, dan tuduhan seperti itu tidak masuk akal, kata imam itu menambahkan.

Pada 19 Juni, Pramanik dan kelompoknya mengadakan konferensi pers di Dhaka dan menuduh dua kelompok perempuan Banchte Shekha (Belajar Bagaimana Bertahan) dan Yayasan Manusher Jonno berupaya menyesatkan perempuan Hindu demi memecah-belah masyarakat Hindu.

Menurut laporan Eurasia Review, kelompok-kelompok tersebut telah menarik kemarahan kelompok-kelompok Hindu konservatif dengan kampanye mereka untuk persamaan hak dan martabat bagi perempuan Hindu yang kehilangan hak warisnya di bawah hukum keluarga Hindu.

Pramanik juga menuduh Banchte Shekha mengonversi perempuan Hindu dengan kedok kegiatan pemberdayaan.

Angela Gomes, umat Katolik dan pendiri-direktur Banchte Shekha, mengungkapkan kekecewaannya bahwa dia dan kelompoknya dituduh memecah-belah dan mengonversi perempuan Hindu. “Kami belum pernah mengonversi siapa pun. Kami sangat menganjurkan persamaan hak dan martabat bagi semua perempuan. Tuhan tidak akan mengampuni mereka yang membuat tuduhan tak berdasar seperti itu terhadap saya,” ujar Gomes kepada UCA News.

Namun, Pramanik berkeras mempertahankan pendiriannya dan menolak untuk meminta maaf atas pernyataannya. “Saya telah memberikan rujukan dari Alkitab dan sumber lain atas apa yang saya katakan. Tidak ada alasan yang sah untuk mengeluarkan permintaan maaf. Sikap kami terhadap kedua kelompok perempuan itu jelas karena mereka memecah-belah komunitas Hindu untuk kepentingan pribadi mereka,” katanya kepada UCA News.

Sekitar 90 persen dari kurang-lebih 160 juta penduduk Bangladesh adalah umat Muslim, sementara sekitar 8 persen adalah Hindu dan sisanya memeluk agama lain termasuk Kristen dan Buddha, menurut data pemerintah. [Eurasia Review/UCA News]

Exit mobile version