Site icon Jernih.co

Selama Lockdown, 21.000 Orang Inggris Tewas Bukan karena Covid-19

Tak selamanya lockdown atau karantina wilayah bisa berhasil menangani pandemi dengan baik

LONDON-Sebuah study di Inggris menyebut, selama pandemic Covid-19, sekitar 21.000 orang meninggal bukan karena Covid-19, melainkan akibat jauhnya akses bantuan medis. Banyak diantara mereka meninggal karena tak bisa mengakses pertolongan medis yang dibutuhkan, terlebih jika pertolongan medis dibutuhkan tengah malam.

Dilansir Daily Mail, Inggris memberlakukan pembatasan ketat selama delapan minggu berturut-turut. Penerapan kebijakan ekstrem kala pandemic Covid-19 dinilai sebagai hal yang buruk.

Daily Mail  bahkan menyebut setiap minggunya, bertambah 2.700 kematian yang tidak diinginkan, melebihi catatan tahunan di sana.

Studi lainnya bahkan menduga dampak kematian akibat lockdown jauh lebih luas,  melebihi jumlah korban tewas akibat virus corona. Penemuan itu didasarkan pada analisis di Kantor Statistik Nasional Inggris oleh pakar dari Universitas Sheffield dan Loughborough dibantu Economic Insight.

Diperkirakan ada 21.544 kematian tambahan dengan rata-rata 2.693 orang per minggunya.

Para dokter sejak Maret 2020, telah mengingatkan kemungkinan itu ketika Inggris baru saja mengambil langkah lockdown.

Mereka melihat jumlah pasien yang datang ke unit gawat darurat (UGD) berkurang hingga setengahnya. Demikian juga pasien rujukan kanker telah turun drastis sampai 70 persen.

Penelitian lain menyebut rendahnya akses bantuan medis bagi penderita kanker akan menambah kasus kematian hingga 35.000 orang per tahun.

“Totalnya, lockdown telah membunuh 21.000 orang secara bersih yang masih mungkin hidup tanpa kebijakan lockdown,” kata Sam Williams, Direktur Economic Insight.

Sam juga melihat banyak kekurangan dalam sistem pelacakan kematian Covid-19 di Inggris saat ini.

Pemerintah telah mengumumkan secara resmi angka kematian akibat Covid-19 sebanyak 45.961 kematian, namun Menteri Kesehatan Matt Hancock menyebut angka tersebut ‘berlebihan’. Ia bahkan meminta angka tersebut ditinjau ulang.

Pasalnya, Inggris mencatat semua orang yang dinyatakan positif corona dan meninggal sebagai kasus kematian akibat Covid-19.

(tvl)

Exit mobile version