Site icon Jernih.co

Separatis Gelar Operasi Bendera Palsu, Beri Jalan Bagi Rusia Invasi Ukraina

JERNIH — Dua sekutu Rusia di Ukraina; separatis Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rayat Lugansk (LPR) menggelar operasi ‘bendara palsu’ yang dicurigai untuk membuka akan menjadi alasan bagi Moskwa menginvasi Ukraina.

Operasi ‘bendara palsu’ itu adalah evakuasi 700 ribu warga sipil Donetsk dan Lugansk, setelah pemimpin dua kelompok separatis itu menakut-nakuti warga penutur Bahasa Rusia bahwa Ukraina akan menyerang wilayah mereka.

Beberapa jam kemudian sebuah bom mobil mengguncang Donetsk, yang diduga merupakan upaya pembunuhan pejabat tinggi sekutu Presiden Rusia Vladimir Putin. Intelejen Barat mengatakan ledakan bom itu tidak menargetkan siapa pun, tapi bagian operasi bendera palsu.

Dua ledakan juga terjadi di pipa gas Lugansk, kota separatis di timur Ukraina. Tidak jelas siapa pemasang bom, dan sasaran pemboman.

Di Gedung Putih, Presiden Joe Biden mengatakan AS yakin Presiden Rusia Vladimir Putin telah memutuskan akan melancarkan invasi setelah mengumpulkan 200 ribu tentara di perbatasan.

Dalam pidato di Gedung Putih dan disiarkan secara nasional, Joe Biden mengatakan ada alasan untuk yakin invasi akan terjadi dalam beberapa hari mendatang. Serangan yang akan dilancarkan Rusia akan langsung mengarah ke Kiev, ibu kota Ukraina.

Kota Tenda untuk Pengungsi

Daily Mail memberitakan pengungsi sipil Ukraina yang digebah dua separatis dari Donetsk dan Lugansk akan ditempatkan di kota-kota tenda yang disediakan pemerintah Putin. Setiap pengungsi akan mendapat santunan 132 dolar AS, atau Rp 1,9 juta.

Indikasi lain bahwa evakuasi itu adalah operasi bendera palsu adalah video yang berisi pengumuman evakuasi dibuat dua hari sebelumnya. Itu terlihat pada cap waktu yang ada di video.

Konvoi besar bus dipersiapkan untuk pengungsi setelah evakuasi diumumkan dalam pidato video. Jadi, evakuasi tidak datang tiba-tiba, tapi dipersiapkan beberapa hari sebelumnya.

Beberapa ledakan terdengar di Donetsk sepanjang Sabtu 19 Februari pagi. Seorang saksi mata mengatakan asal ledakan tidak diketahui.

Denis Plushilin, pemimpin separatis DPR, meminta semua pria yang masuk daftar prajurit cadangan datang ke kantor wajib militer, setelah evakuasi massal perempuan dan anak-anak.

Leonid Pasechnik, pemimpin separatis LPR, memerintahkan mobilisasi umum. Kini, Ukraina dan dua separatis saling tuduh melanggar perjanjian Minsk dan menembak.

Exit mobile version